[RiHyuk Lovestory] The Way to Break Up

Title : The Way to Break Up

Author :  Grace a.k.a Kimmy

Genre : Angst, Romance

Rate : PG-13

Length : Oneshot

Main Cast :

Lee Hyukjae

Kim Yoonri

Kim Ryeowook

Lee Sungmin

 

Yoonri menutup portal website tersebut. Perasaannya bercampur aduk, baru beberapa hari yang lalu kekasihnya menyatakan ingin menikahinya. Namun yang dihadapinya sekarang seakan semua hanya kebohongan belaka. Dusta? Entah apa yang harus Yoonri rasakan sekarang. Dia ingin dewasa, cukup dengan kecemburuannya beberapa waktu lalu. Tapi bagaimana harus menyikapi yang seperti ini?

Yoonri menghela nafasnya, lalu memijat pelipisnya yang sedikit pening. Sudah dua hari Yoonri sakit, dan hari ini adalah yang terparah. Tadi pagi dia demam walaupun tak begitu tinggi. Itu saja dia masih harus menghadapi ujian matematika yang memang hari ini diujikan. Kepalanya berputar, sekali lagi Yoonri menghela nafas berat. Butuh berapa lama dia terus seperti ini?l

Yoonri meraih ponselnya, masuk dua pesan. Kedua-keduanya dari sahabatnya, Ryeowook dan Sungmin. Tak dihiraukannya pesan masuk itu, dia butuh musik. Dia meraih iPod nya, tertegun melihat background iPod-nya. Buru-buru dia membuka aplikasi pemutar musik, di suffle nya iPodnya. Seakan memang Yoonri dan iPod nya memiliki ikatan batin.

Now Playing :

Super Junior Kyuhyun – The Way to Break Up

Laju air matanya tak bisa ia tahan lagi. Apa iya harus? Memikirkannya saja membuatnya sesak.  Kata demi kata dari lagu tersebut mengiringi air mata Yoonri. Dia lelah, dia ingin mencoba tapi dia tak bisa. Dia ingin mencoba, tapi ternyata sakitnya lebih dari yang dia bayangkan.

Yoonri mendengar suara bell apartmentnya berbunyi. Sebisa mungkin dihapusnya air matanya, dia tidak mau orang melihat kelemahannya. Ryeowook sudah berdiri di hadapannya saat ini, sahabatnya yang memang dia butuhkan saat ini. Yoonri memaksakan seulas senyum, dia butuh sahabatnya untuk menghiburnya. Seakan mengetahui keadaan Yoonri, Ryeowook langsung memeluk Yoonri.

“Yoonboo-ya, gwenchana?”

Yoonri kembali menutup matanya, air mata kembali mengalir. Dia menangis tanpa isakan, dia ingin sekali mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Dia tak ingin membuat sahabatnya khawatir karena sudah cukup jadwal padat mencekik sahabatnya ini. Tapi keadaannya memang dia tak sedang baik-baik saja.

“Ryeongboo-ya..”

“Maafkan aku..”

Air mata kembali menetes, Yoonri buru-buru mengusapnya karena sekarang Ryeowook sudah melepas pelukannya pada Yoonri.

“Kenapa kau yang minta maaf? Kau bahkan tak punya salah apapun..”

“Yoonboo-ya, maaf aku telah merekomendasikan Eunhyuk hyung, kupikir tak akan ada..”

“Itu bukan salahmu Ryeongboo..”

Yoonri segera memotong perkataan Ryeowook, sampai saat ini dia masih belum siap mendengar kata-kata itu. Cukup untuk membuat hatinya seperti di sayat-sayat.

“Itu salahnya, dasar monyet tak tau diri! Dia seharusnya sadar bahwa aktingnya itu jelek. Dia tak pantas membintangi MV seperti itu. Aktingnya saja selalu gagal sudah mau berakting.. Sudah mau berakting ci..”

Yoonri tak bisa, dia akhirnya menangis didepan Ryeowook. Bahkan dia menangis hingga terduduk di lantai, belum pernah dia merasa sesakit ini. Dia buntu, benar-benar buta harus bersikap bagaimana. Ryeowook mendekap Yoonri kembali, membuat pertahanan Yoonri semakin jebol. Akhirnya Yoonri menangis terisak, persendiannya lemas, memikirkan itu benar-benar membuatnya tak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

“Apa yang harus aku perbuat Ryeongboo? Aku tak tau kalau akan sesakit ini..”

Tangan Yoonri terkulai lemas, tubuhnya yang memang sedang kurang sehat semakin melemah.

“Aku bahkan tak tau apa aku sanggup bertemu dengannya..”

Ryeowook kehabisan kata, dia hanya bisa mengelus punggung Yoonri. Berdoa agar sahabatnya segera pulih, jujur dia juga sakit melihat sahabatnya seperti ini.

** ** **

Kupukul kepalanya, apa sih yang dia pikirkan saat ini? Dia pikir ini main-main?

“Tidak lucu..”

Aku bangkit dari pangkuannya beranjak menuju pantry, haus. Aku sedari tadi saat di restaurant belum minum. Dasar monyet sialan, tidak tau situasi. Kurasakan tangannya melingkar di pinggangku, menarikku mendekat ke tubuhnya.

“Aku memang sedang tidak melucu..”

Ku tatap matanya, memang tidak ada sedikitpun keraguan dimatanya. Tapi,  apa yang barusan dia katakan? Menikah? Demi Tuhan bahkan aku belum pernah membayangkannya!

“Hyuk.. Tidak semudah itu, kau tau kan aku.. Dan belum lagi kau.. Ini.. Ini..”

“Aku hanya memintamu menjadi istriku Kimmy-ya. Tinggal jawab ya atau tidak..”

“Hyuk, aku kan sudah bilang tidak semudah itu.”

“Apa yang menurutmu sulit Kimmy-ya?”

“Aku masih sekolah, masih enam belas tahun. Dan.. Dan kau, karirmu sedang di puncak. Kau gila jika mengajakku menikah sekarang!”

“Persetan dengan karirku, tapi mungkin memang tentang kau yang sekolah itu benar..”

Aku memutar mataku, setidaknya aku memiliki alasan untuk tidak menjawab. Pertanyaan seperti ini benar-benar di luar otakku, belum pernah terbesit dia melamarku. Dua tahun mungkin tidak terlalu cepat, tapi juga belum cukup lama untuk mengenal satu sama lain lebih lanjut. Terlebih, ya karirnya. Aku khawatir karirnya yang mungkin tak akan dia dapatkan sekembalinya dia dari wajib militer. Tuhan, wajib militer..

“Tapi kan aku memintamu untuk menikah denganku, bukan mengajakmu menikah sekarang..”

Aku hanya bisa terdiam, itu benar. Dia memintaku menikahinya, dia tidak memintaku menikahinya sekarang. Tapi aku tetap buntu, apa yang harus kujawab?

“Harus di jawab sekarang?”

Kusuarakan saja kata hatiku, mau bagaimana lagi?

“Masih ragu?”

Dia melepas pelukannya namun matanya masih mengunci mataku. Aku menggeleng reflek, tidak, aku sama sekali tak meragukannya. Tapi, ya aku tak tau.

“Bukan ragu, hanya terlalu terkejut..”

“Kapan keterkejutanmu akan selesai Nona Kim? Tuan Lee sedang menunggu jawaban..”

Dia tersenyum manis, benar-benar manis sehingga membuatku ikut mengembangkan senyum. Aku jatuh cinta pada pria ini.

“Hyuk..

Bukan bermaksud apapun, jujur saja permintaanmu ini belum pernah sekalipun terpintas di pikiranku. Hubungan kita memang bisa di bilang tidak terlalu cepat jika membahas perihal seperti ini. Tapi bukan berarti kita sudah siap..”

Ku rapikan kemejanya yang sedikit kusut. Ku letakkan tanganku di dadanya, mencoba merasakan detak jantungnya yang mungkin bisa membuat detak jantungku tak karuan.

“Terlalu dini, aku belum kuliah, belum kerja. Dan kau, kau sedang berada di puncak. Lebih baik jalani dulu, aku tau kita bisa. kita akan terus bersama..

Aku berjanji padamu, sekuat yang aku bisa aku akan menjaga hubungan kita. Aku tidak akan cemburu berlebih, aku akan dewasa. Demi kamu, demi hubungan kita. Demi calon suamiku besok mungkin?”

Eunhyuk mengerucutkan bibirnya, kurang puas dengan jawabanku.

“Mungkin? Sudah calon suami masih mungkin..”

“Kita kan tidak tau apa yang akan terjadi besok. Bisa saja kau meninggalkanku atau kau selingkuh dan kita putus. Karena aku tak akan melakukan itu..”

“Jadi kau pikir aku bisa begitu?”

“Siapa tau..”

“YA! Katanya kau mau mencoba percaya dan tidak cemburuan lagi!”

“Note ya, hanya kalau itu tidak kelewatan..”

“Bagaimana jika aku harus kissing scene di fame?”

“Silahkan.”

“Kau tidak cemburu?”

Aku tidak cemburu tapi aku pun tak membayangkan keadaanku saat itu.

“Ani..”

** ** **

“Kau demam Yoonboo-ya..”

“Tidak apa-apa, sudah dari tadi pagi tidak jelas begini. Nanti juga baikan..”

Sekarang Ryeowook dan Yoonri sedang duduk di sofa ruang tengah apartement Yoonri. Setelah menunggu beberapa menit Ryeowook berhasil membuat Yoonri berhenti menangis walaupun ia masih bisa melihat Yoonri yang masih saja melamun menyedihkan.

“Akan ku ambilkan obat serta minum, kau butuh itu saat ini..”

“Ani, aku masih ingin belajar..”

“Ha? Kau besok masih test? Dan kau tadi menagis seperti itu?! Yoonboo-ya..”

“Tidak apa-apa, bukan masalah yang berat kok..”

“Kenapa sih kau keras kepala sekali? Bagaimana kau bisa mengerjakan soal-soal itu jika keadaanmu menyedihkan seperti ini?!”

“Aku tidak menyedihkan!”

“Kau sangat menyedihkan Yoonboo-ya, coba kau lihat penampilanmu. Mata panda karena kantung mata membesar, belum lagi kau habis menangis. Rambut berantakan dan baju kumal. Kau masih bisa bilang kau baik-baik saja? Bahkan aku rasa ddangkoma pun tau bahwa kau menyedihkan!”

Ryeowook tak kuasa menahan emosinya, dia hanya ingin sahabatnya ini menjadi waras. Dia tau benar sahabatnya, dia tau jika ini tidak akan berhenti begitu saja. Masalah ini pasti akan terus bergentayang di benak sahabatnya. Membuat sahabatnya yang seharusnya besok mengerjakan testnya menjadi buyar. Itu hanya kemungkinan yang buruk dari kemungkinan lain yang bahkan lebih buruk. Bagaimana jika sahabatnya harus sampai rawat inap di Rumah Sakit?

Sangat konyol hanya karena kau mengetahui kekasihmu akan mencium orang lain yang katanya demi pekerjaan. Tidak, Yoonri tak selemah itu, dia tidak akan pingsan atau yang terparah mengalami dehidrasi. Tapi itu jika kondisi Yoonri dalam keadaan baik, nah sekarang? Demam, ditambah menangis dan pikiran. Ryeowook tak yakin..

“Kau pulang saja, besok kalian terbang ke Malaysia bukan?”

“Tapi setidaknya aku ingin melihatmu meminum obat sebelum aku pergi. Dan sudahkah kau makan?”

Ryeowook pergi ke dapur apartment Yoonri, di carinya makanan. Tidak dia temukan sama sekali. Oh Tuhan jangan bilang..

“Kau belum makan sedari siang?!”

Yoonri hanya tertunduk, dia memang belum makan sejak siang. Ryeowook menghela nafasnya lagi, sahabatnya bodoh dan sangat konyol!

“Baiklah, aku akan membelikan beberapa makanan untukmu.”

Yoonri masih tertunduk, merasa tidak enak dengan sahabatnya.

“Ryeongboo-ya, tidak usah. Aku tidak lapar.”

“Kesampingkan perutmu yang tidak lapar, apa kau tak tau kalau kau butuh makan sebelum kau minum obat. Ku kira kau tak sebodoh itu Yoonboo-ya..”

Yoonri memukul kepala Ryeowook, untuk yang satu ini entah kekuatan dari mana dia dapat.

“Yoonboo-ya, appo.. Ya sudah, aku akan keluar sebentar.”

Ryeowook mengambil laptop, remote tv serta ponsel Yoonri yang membuat Yoonri mengerutkan kening.

“Ya! Mau kau bawa kemana barang-barangku?”

“Aku tak mau ketika aku pulang melihatmu menangis seperti tadi lagi, jadi untuk mengantisipasi aku bawa barang-barang yang mungkin bisa membuatmu seperti tadi..”

Ryeowook meletakkan barang-barang tadi ke ranselnya dan segera beranjak.

“Aku pergi dulu, baik-baik di rumah Yoonboo-ya..”

“Ne, hati-hati ya..”

Seperginya Ryeowook Yoonri hanya terdiam bosan. Apa yang harus dia lakukan, semua barang yang bisa menghiburnya dibawa pergi Ryeowook. Belajar? Bahkan untuk berpikir jernih saja Yoonri tidak bisa karena kepalanya yang semakin pening dan nafasnya yang susah karena flu nya semakin parah.

Yoonri tersenyum lebar mengingat ada satu barang yang tidak di bawa Ryeongboo-nya. iPod! Yoonri segera mengambil iPod nya di meja belajarnya, dia kembali tertegun melihat walpaper iPod tersebut. Dia tidak mau menangis, tidak boleh menangis lagi. namun seperti tak terkendali lagi tiba-tiba dia sudah melihat air matanya menetes pada iPod layar sentuhnya. Dia tidak mau melihat walpaper itu lagi, di gantinya walpaper tersebut dengan fotonya bersama Leeteuk serta Heechul.

Dia butuh Leeteuk dan Heechul saat ini, butuh kedua laki-laki, kakaknya dan orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya. Dia rindu keduanya, hatinya semakin sesak. Yoonri mencoba menghilangkan kesesakannya, dia kembali ke tujuan awalnya. Mendengarkan lagu. Dilihatnya semua lagu, hampir semua terisi lagu Super Junior, Infinite, Girls Generation, Miss A dan beberapa penyanyi lain, ada juga lagu western yang memang sesuai dengan selera Yoonri.

Yoonri menjatuhkan pilihan pada lagu yang tadi menemaninya menangis.

Now Playing :

Super Junior Kyuhyun – The Way to Break Up

Even if it hurts, pretending that it’s nothing

Even if tears fall, knowing how to hide them

Placing it in one side of the heart

And knowing how to smile as if nothing’s wrong

The way to break up

Menangis lagi, tapi kali ini dia merasa dia benar melakukan ini. Menangis, itu yang dia butuhkan saat ini. Berusaha terlihat baik-baik saja, berpura-pura bahwa tidak terjadi apa-apa. tidak bisa, itu membuatnya semakin sakit. Apa yang akan dia putuskan nanti bukanlah sesuatu hal yang mudah, dan mungkin saat ini bayangan itu sudah ada di benaknya.

My heartis growing dim again

The many lingering attachments are pulling down

It will probably be erased, it will probably become faint

We will probably forget each other

Seakan tersadar akan lagu tersebut Yoonri menguatkan hatinya. Benar, mungkin hanya sakit di awal jika dia mengambil langkah ini. Tapi dia yakin, seiring berjalannya waktu mereka berdua akan bisa melupakan satu sama lain. Apa lagi Yoonri tahun depan sudah akan pergi ke Singapore bukan? Itu tidak se rumit yang dia bayangkan. Dia harus bisa, dia harus meyakinkan hatinya bahwa dia tidak apa-apa mengambil keputusan itu. That she is fine if they break up.

My meaningless day will probably pass by

Our one of a kind love is like it never happened

Even if i say I miss you, I can’t ever see you

Even if it hurts, I need to withstand it

This is the way to break up

Di dengarnya suara pintu terbuka, Yoonri buru-buru menghapus air matanya. Dia tidak ingin Ryeowook marah karena melihatnya menangis. belum sempat ia berbalik dirasakannya sebuah tangan melingkar di perutnya, tangan dan lengan kekar itu.

“Maaf kan aku, maaf..”

Tangisan Yoonri yang tadi sempat berhenti sekarang kembali. Kenapa dia datang? Kenapa dia ada disaat yang tidak tepat?

I’m used to days without you now

Tomorrow will be a little more comfortable

I will forget you little by little.

Dilepasnya earpohone yang sedari tadi menggantung di telinga Yoonri. Dipeluknya semakin erat gadis yang sekarang terisak membelakanginya.

** ** **

“Hyuk!! Kau gila!!”

“Kau kenapa sih Sungmin hyung? Kenapa sehabis menerima telefon kau seperti ini?! Kenapa? Aku kenapa lagi?!”

Aku lelah dengan semua pekerjaan ini dan cukup lelah untuk mendengar Sungmin hyung marah-marah. Apa dia tidak tau aku baru saja menyelesaikan syutingku?

“Jadi kau belum memberitaukannya pada Yoonri?!!”

Aku sedikit terkejut, apa yang Sungmin hyung katakan barusan? Apakah dia tau aku sudah melamar Yoonri?

“Apa yang kau maksud hyung?”

“Kau tak usah pura-pura bodoh! Tentu saja tentang syutingmu! Syuting MVmu!!”

Aku tertegun, benar! Aku lupa untuk memberi tau Yoonri tentang syuting hari ini. Oh Tuhan, apa yang terjadi? Seakan tau gelagatku Sungmin hyung hanya memberikan smirk nya.

“Bagus! Dan kau tau, dia sudah mengetahuinya! Dia sedang sakit Hyuk! Dan dia masih test! Dan kau mengacaukan semua!”

Sungmin hyung meninggalkanku menuju dapur dalam kebingungan. Apa yang harus aku lakukan? Segera aku mencari ponselku dan menghubunginya, tersambung! Untung dia tidak me rejectnya. Akhirnya ponsel itu diangkat, namun itu bukan suara Kimmy ku, itu suara Ryeowook.

“Wook-ah, kau bersama Yoonri sekarang? Bisakah aku bicara dengannya?”

“Aku sedang tidak bersama dengannya hyung, tapi jika aku bersamanya mianhae hyung, aku tak bisa membiarkanmu bicara dengannya..”

“Wook-ah, jebal..”

“Sudah cukup hyung, aku merasa menderita melihatnya seperti ini. dia sedang sakit hyung, jangan ganggu dia. Sampai masalah ini mendingin kumohon..”

“Tapi aku tak bisa begini saja Wook-ah, aku butuh bicara dengannya menjelaskan semua..”

“Jangan hyung, kumohon.. Dia butuh istirahat, dia sakit, dia masih harus menjalani testnya besok. Aku mohon jangan bertindak bodoh dengan menemuinya.”

Sakit. Hanya itu yang ada di kepalaku sekarang. Gadisku sakit, dan keadaan kami. Entahlah, menurutku itu nomer kesekian sekarang. Aku harus ke apartementnya, aku harus memastikan apa dia baik-baik saja. Tak kuhiraukan lagi sambungan telefon dengan Ryeowook. Aku segera menyambar jaket kulit hitamku serta kunci mobilku.

Sebuah tangan menahan lenganku, tangan Sungmin hyung.

“Jangan pergi, kumohon. Dia sedang tidak baik-baik saja. Kau harus mengerti.”

“Hyung, tapi aku tak bisa. aku harus menemuinya, dia sakit hyung!”

“Iya!! Memang dia sakit!! Dan kau tau jika kau datang dia akan semakin sakit Hyuk-ah!!”

“Molla hyung, aku hanya ingin bertemu dengannya, dengan Kimmy ku!”

Ku tepis tangan Sungmin hyung dan segera berlari menuju mobilku. Kulajukan mobilku secepat yang aku bisa, tak banyak yang mengumpat padaku karena terkadang aku membuat mereka nyaris mengalami kecelakaan. Tuhan, tolong, aku butuh menemui Kimmy ku. Setelah beberapa menit kulewati yang sudah seperti berjam-jam aku langsung berlari menuju lift dan menuju ke lantai di mana dia tinggal.

Aku tau passcode kamarnya, kubuka pintu itu. Kulihat sosoknya yang terlihat rapuh, dia bergerak menghapus air matanya. Tuhan, aku membuatnya menangis. Lagi.. Yoonri-ya, Kimmy-ya, mianhae, saranghae.

** ** **

“Aku mohon maafkan aku..”

Yoonri semakin terisak di pelukan Eunhyuk. Dekapan ini akankah bisa ia rasakan lagi setelah dia mengakhiri semua? Memang tidak bisa membayangkannya, tapi perasaan itu semakin menggerogotinya.

“Tolong katakan sesuatu, kau membuatku semakin berasa bersalah. Aku tak bisa melihatmu seperti ini Kimmy-ya..”

Air mata Eunhyuk menemani kata-katanya yang terlontar. Dia kacau, dia tidak ingin gadis di pelukannya terluka seperti ini terus. Dia benar-benar merasa bersalah. Dia tidak mau kehilangan gadis ini lagi. Tidak untuk kedua kalinya. Tidak karena ini mungkin yang terakhir karena Leeteuk hyungnya mungkin tak akan memaafkannya lagi.

“Hyuk-ah..”

“Aku mohon jangan, Kimmy-ya aku mohon jangan.. Itu, itu semua maafkan aku. Aku.. aku..”

Eunhyuk POV

“Hyuk-ah, aku yang minta maaf.”

Dia berbalik, melepas pelukanku. Dapat kulihat wajahnya, benar apa yang dikatakan Ryeowook dia tampak menyedihkan. Tuhan, aku tak mau melepasnya. Tangannya menuju ke rambutku sambil terus menangis, disingkirkannya poni panjangku sambil sesekali menghela nafas. Kimmy-ya, aku bahkan tak tau jika kau merasa sesakit ini.

“Aku minta maaf, aku tak bisa lagi Hyuk-ah, aku.. aku tak bisa meneruskan lagi..”

Kenapa kata-kata itu keluar? Atau haruskah aku mengatakan akhirnya kata-kata itu keluar? Karena aku tau ini sudah batas estimasinya.

“Baik untukmu mencari yang lain Hyuk-ah, kurasa lebih banyak gadis yang bisa memahami posisimu. Aku telah mencoba, tapi aku tak tau kalau rasanya akan sesakit ini..”

Aku hanya menggeleng, tidak aku tidak mau. Demi Tuhan aku tidak mau melepasnya lagi. aku berlutut di hadapannya, tanpa mengeluarkan suara. Aku menangis tanpa isakan, hanya memandang matanya lekat. Memohon padanya agar tak pergi melalui tatapanku.

“Tolong..”

Dia memohon, memohon padaku agar aku melepasnya? Aku sudah gila jika aku bersikeras, tapi ini akan menyakitinya. Kulihat dia merunduk, masih dengan tangisannya dia mencium keningku. Air mataku semakin banyak yang mendesak ingin keluar.

“Tolong, aku mohon jangan..”

Aku masih memintanya, aku ingin egois saat ini. Atau memang seharusnya aku tak mengambil job tersebut.

“Hyuk-ah, aku egois. Tapi, rasa ini..”

“Kau tidak egois, kau tidak.. Aku yang salah, tak seharusnya aku mengambil ini..”

“Tapi Hyuk-ah..”

“Aku mohon..”

-FIN-