Regain ~1/?~

55ad35717b0c082c5e4275deec3cf141

Regain || Alternative Universe (JinHaeXy), Romance, Angst || PG13 || Chapter 

Lee Haejin / OC 

© neez

REGAIN

 

I’ve been afraid before

But you wash away my scars

I don’t feel like I deserve love anymore

But you become my stars

You light up my nights

Still there when its light

In the end

You’re just a passing by

With space in my heart

 

Kembang api meledak besar-besaran di udara, Haejin bahkan bisa nyaris mendengar sorakan toast, dan bunyi gelas-gelas yang diadu, serta riuh tiupan terompet dan tepuk tangan meski pestanya berlangsung satu lantai dibawah rooftop tempatnya tengah berdiri sekarang.

   Bukan, ini bukan perayaan tahun baru, melainkan perayaan atas kesuksesan konser JYP Nation tahun 2019, setelah terakhir kali diadakan tiga tahun lalu. Perayaan ini juga menjadi simbolis atas kesuksesan JYP Entertainment yang berhasil menggeser SM Entertainment sebagai perusahaan agensi entertainment Korea Selatan dengan omzet terbnyak.

   Setelah nyaris dua puluh tahun JYP Entertainment bermukim di sebuah rukan kecil dibilangan Apgujeong, akhirnya kini JYP Entertainment memiliki gedung mewah di bilangan metropolitan bergengsi. Dan disanalah perayaan itu dilangsungkan.

   Siapa yang menyangka, jika omzet JYP Entertainment akan meroket dengan dua rookies-nya; Twice dan GOT7.

   Ya, bukan karena Felidis. Tetapi karena Twice dan GOT7. Twice merupakan girl group yang sekarang menjadi trendsetter di kategori idola generasi kedua. Seluruh Korea Selatan mengenal mereka dan menyanyikan lagu mereka. Karena Twice juga terdiri dari beberapa member Jepang, prestasi mereka langsung meroket dengan menjadi girl group pertama yang akan melangsungkan dome tour di Jepang. Sementara GOT7, meski tidak sepopuler Twice di Korea Selatan, namun popularitas mereka di dunialah yang menjadi kontribusi utama JYP Entertainment mendapatkan omzet besar. Meski sekarang dunia mengenal BTS, tetapi di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia nama GOT7 sangat mahsyur.

   Kini Haejin, di tahun kesepuluhnya menjadi seorang member dari girl group yang dahulu cukup sukses, kembali memikirkan kembali apa yang sudah ia raih juga apa yang akan ia raih di masa depan, sendirian.

   Felidis jelas sudah tidak seterkenal dahulu kala. Jadwalnya pun sudah tidak lagi sepadat dulu. Penghasilannya juga tidak sebanyak dulu. Dan hidup Haejin pun sudah berubah tidak lagi seperti dulu.

   Dulu, ketika ia masih menjadi trainee, ia berharap ia akan cepat-cepat debut dan menjadi anggota sebuah grup, melakukan promosi, mengumpulkan uang yang banyak, menjadi terkenal, dan hidupnya pasti akan bahagia. Apalagi pada saat itu, cinta pertamanya—yang tak lain dan tak bukan adalah 2PM Ok Taecyeon, meninggalkannya karena larangan berpacaran.

   Ketika ia debut, ia mengira masalah tentunya akan selesai, bukan? Tetapi tidak. Felidis nyaris tidak dikenal publik selama beberapa tahun hingga gebrakan mereka di tahun 2011, Haejin bisa berkencan, namun lagi-lagi banya sekali rintangan yang harus ia lalui untuk merasa bahagia. Mulai dari privasi yang tak henti-hentinya diganggu karea ia adalah seorang idola, fotonya yang selalu beredar dimana-mana meski ia hanya jalan-jalan saja dengan teman-temannya, dan skandal yang tak kunjung henti menyeret-nyeret namanya.

   Merasa sukses sebagai girl group tidak membuat Haejin mulus berkarier dalam bidang seni peran. Dua dramanya gagal total, dan Haejin nyaris trauma memeriksa sosial media atau artikel mengenai drama yang ia bintangi karena begitu banyak kritik pedas yang dialamatkan kepadanya.

   Saat itu, Haejin berarap agar ia segera menyelesaikan kontraknya, dan ia ingin hidup tenang, tanpa sorotan kamera, tanpa privasi yang diacak-acak, dan mungkin ia bisa mempertimbangkan tawaran Donghae untuk menikah dan membina rumah tangga.

   Sayangnya, sekali lagi rencana bahagianya hanya tetap menjadi rencana. Donghae sudah membeli rumah untuk mereka tinggali bersama. Pria itu juga sudah menyelesaikan wajib militernya, dan tentu saja seolah skenario sudah sempurna bukan?

   Mendadak, fans Super Junior menuntut paksa agar Lee Sungmin dikeluarkan dari Super Junior, atau segala aktivitas Super Junior akan diboikot. Haejin juga tahu, popularitas Super Junior sudah lama turun semenjak membernya satu persatu harus pamit wajib militer, dan beberapa skandal yang datang tanpa henti, termasuk pernikahan Sungmin.

   Haejin tidak bisa menyalahkan Donghae, karena akibat dari semua tekanan tersebut, tidak hanya dialami pria itu, namun juga member lainnya. Donghae merasa berkencan untuk saat ini bukan pilihan yang tepat bagi hidup dan kariernya, juga Super Junior.

   Dengan kata lain, Donghae takut, karena jika suatu saat nanti Dispatch atau paparazi mana pun berhasil menangkap gambar mereka berdua, maka karier Super Junior tamat. Donghae bilang pada saat itu, ia tidak terlalu khawatir jika hanya kariernya saja yang menjadi taruhan, tetapi setelah mengalami kasus Sungmin, ternyata beban itu begiu berat ditanggung oleh member lainnya juga, dan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Haejin.

   Ya betul, kalian mungkin tidak akan percaya bahwa Lee Donghae yang meminta hubungan mereka disudahi setelah bertahan lama sejak tahun 2010.

   Haejin mengerti, mengerti sekali. Dekat dengan Super Junior tentu membuatnya menyaksikan pasang surut yang grup itu alami, dan Donghae sudah berusaha kuat untuk bertahan bahkan ketika badai itu masih berlangsung. Dan, Haejin tidak menyalahkannya juga, karena gadis itu juga yakin bahwa banya paparazi yang semakin rajin mengincar dirinya, maupun mengincar Donghae, sehingga berpisah menjadi pilihan paling tepat.

   Dan semenjak perpisahan itu, yang Haejin lakukan adalah menata hidupnya. Karena perpisahan dengan Donghae kali ini adalah perpisahan yang sangat nyata. Perpisahan yang dewasa, perpisahan yang membuat dirinya memikirkan untuk apa ia hidup, untuk apa ia bekerja, dan untuk siapa eksistensinya ada di dunia ini.

   Sepuluh tahun hidup bersama dengan Kyorin dan Chihoon, Haejin memutuskan untuk berpisah pula dengan mereka berdua. Mereka berdua akhirnya meninggalkan dorm Felidis untuk memulai hidup mandiri mereka masing-masing. Keduanya sudah memiliki apartemen pribadi, dan tanpa jadwal Felidis, mereka berdua juga memulai kehidupan baru mereka.

   Libur akhir pekan. Libur nasional. Libur natal. Libur tahun baru. Libur Chuseok. Semua Haejin lalui sendirian—dulu juga, karena Kyorin dan Chihoon lebih sering pulang ke rumah dan mengunjungi keluarga mereka. Tetapi saat itu, Haejin tahu kalau kedua gadis yang sudah ia anggap sepeti adik kandungnya sendiri itu akan kembali ke dorm, dan tinggal bersamanya lagi.

   Sejujurnya, Kyorin dan Chihoon masih ingin tetap tinggal bersama Haejin, namun sebagai perempuan dewasa, ia tahu betul bahwa kedua adiknya pun kini sudah beranjak dewasa dan ingin mandiri. Maka, ia mendorong kedua adiknya itu untuk tinggal sendiri, meski terkadang kedunya masih kerap kali mengunjunginya.

   Haejin berdiri dari tempatnya duduk, sambil menggenggam botol bir, perempuan itu melangkh ke tepi atap. Setiap langkah, terasa berat. Bir di dalam botol kaca hijau yang ia pegang bergoyang-goyang, sama gelisahnya seperti air mata yang menggunung di pelupuk mata Haejin.

   ”Huft,” ia menghela napas sambil menenggak birnya lagi. Ia tidak mabuk, Haejin sudah lupa bagaimana caranya mabuk. Dunia hiburan membuatnya menjadi gadis paling anti mabuk se Korea Selatan, jika itu sesuatu yang patut dibanggakan.

   Haejin merasa asing. Haejin merasa ia tidak pantas berada di tempat ini. Bukan Felidis, bukan ia lagi yang membawa JYP Entertainment untuk berada di posisinya yang sekarang. Ia sudah bukan siapa-siapa. Ia tidak lagi diinginkan oleh penggemarnya yang kebanyakan sudah berhenti mengejar grup idola.

   Ia tidak lagi datang ke setiap acara variety dan dipuja-puja oleh rekan-rekan kolega sesama entertainer. Jangankan dipuja, bahkan ia kini jarang mendapatkan undangan untuk datang ke acara variety. Pada akhirnya, Haejin bagaikan angin semusim, yang ketika waktunya berhembus kencang semua orang akan menyadarinya, namun ketika sudah berlalu tak ada lagi yang memintanya untuk kembali bertiup.

   Bagaimana pun, pekerjaan yang Haejin lakukan selama ini memang seperti angin. Meniupkan kesegaran bagi orang-orang, namun harus tetap berjalan pergi karena angin lainnya pun akan datang di tempat itu.

   Teman-teman sebayanya, semua yang berprofesi sama dengannya pun perlahan mundur dari sorot cahaya dunia hiburan. Sesekali mereka bekerja, namun mereka nampak bahagia dengan kehidupa yang mereka jalani sekarang. Nicole, Hyorin, Hara, Seohyun, dan beberapa teman lainnya yang sudah memiliki jalan karier mereka masing-masing meski telah berpisah dengan grup yang mereka naungi.

   Teman-teman lelakinya, satu persatu mulai memenuhi kewajiban mereka pada negara, wajib militer. Namun demikian, mereka semua sibuk bekerja dengan jalan karier yang mereka pilih juga, mengumpulkan pundi-pundi karena selama dua tahun kedepan mereka tidak akan bekerja.

   Haejin tidak bisa melepaskan Felidis. Grup ini adalah hidup dan matinya. Ia hidup dan besar untuk grup yang telah membesarkan namanya. Ia bekerja membawa nama Felidis.

   Namun publik sudah berhenti mencintai nama itu. Kyorin pun kini fokus dengan kariernya dalam dunia musikal, sementara Chihoon cukup sukses menekuni dunia solo ballad terutama dalam OST.

   Tetapi Haejin? Ia hidup dalam dunia variety. Dunia variety kini tidak membutuhkannya.

   Tidak membutuhkan Felidis.

   Kyorin pandai berakting, suaranya pun indah. Karier bermusikalnya sangat bagus, ia bahkan menerima banyak penghargaan dari karier musikalnya.

   Chihoon? Adik bungsu Cho Kyuhyun, bersuara indah seperti kakaknya. Memiliki banyak kesempatan berkolaborasi bahkan engan penyanyi dari luar negeri karena keindahan dan kemampuan vokalnya yang mumpuni. Chihoon juga berhasil mewujudkan cita-cita ayahnya untuk berkuliah setelah rehat dari Felidis.

   Haejin?

   Dia hanya bertingkah lucu, bersikap konyol dengan semua komentarnya yang selalu membuat terpingkal-pingkal. Atau, para pembawa acara hanya akan memintanya melakukan sexy dance, memamerkan tubuhnya. Tidak ada bakatnya yang bisa membuatnya bertahan ketika Felidis sudah selesai.

   Perutnya terasa mual. Nafsu makannya berkurang selama beberapa hari ini. Bahkan hanya meminum es teh saja, Haejin sudah merasa kenyang padahal biasanya ia suka makan.

   Tidurnya pun tidak bisa nyenyak. Ia kerap baru terlelap menjelang subuh, namun belum pukul sembilan pagi, kedua matanya sudah kembali terbuka. Tubuhnya, bahkan kedua mataya terasa perih dan berat, namun ia selalu terjaga dan termenung.

   Memikirkan nasibnya, memikirkan bagaimana caranya agar ia hidup. Memikirkan apakah ia masih bisa bekerja setelah ia mengorbankan segala yang ia miliki? Termasuk kehidupannya sebagai balerina, dan kehidupan normal dimana mungkin jika ia tidak menjadi anggota girl group, maka ia mungkin akan bekerja di kantor biasa.

   Jika Kyorin dan Chihoon dapat pulang ke rumah bertemu dengan keluarga mereka, membagi kisah kerja mereka, berkonsultasi jalan mana yang akan mereka tempuh setelah karier di Felidis tamat, maka Haejin bertanya-tanya pada siapa ia akan mengadu?

   Donghae, yang selalu menjadi sandarannya, kini sudah bukan siapa-siapa lagi. Meski pria itu menegaskan bahwa ia akan selalu ada jika Haejin membutuhkannya kapan pun, Haejin tidak mungkin membicarakan masa depan pada pria itu karena rencana masa depan Haejin dengannya telah kandas ditengah jalan.

   Sunye Eonnie, kakak yang Haejin anggap kakak dan saudara kandung kini sudah menikah, bahkan tengah mengandung anak ketiga. Sunye Eonnie juga mendapatkan kritik keras dari masyarakat karena dianggap telah menjadi penyebab dari bubarnya Wonder Girls, jadi tidak mungkin Haejin membenaninya lagi.

   Junsu Oppa—Minjun Oppa, kakak lelaki yang juga Haejin anggap saudara kandung, tengah sibuk wajib militer. Ongie dan Taecyeon juga. Hanya ada Khun Oppa, dan pria itu sibuk bolak-balik Korea-Thailand untuk tetap menjaga nama 2PM selama member lain melakukan wajib militer. Mereka semua berjuang mempertahankan posisi mereka di dunia hiburan ini dengan bakat yang mereka miliki.

   Rasanya tidak adil jika Haejin harus mengadu dan menangis kepada mereka.

   Jika dalam waktu satu tahun ini ia tidak kunjung bekerja, maka sudah dipastikan ia harus segera mencari tempat tinggal lain. Apartemen yang kini ia tinggali adalah apartemen Felidis dulu, Haejin tetap mempertahankannya karena tempat itu memiliki memori yang sangat indah disana, dan Haejin masih tidak siap untuk melepaskan Felidis. Sayangnya, apartemen Felidis tergolong kategori apartemen mewah di kawasan elit, dan untuk tetap menyewanya atau membelinya membutuhkan uang yang sangat banyak.

   Haejin punya uang itu, ia memiliki banyak uang pada rekeningnya sekarang dan beberapa investasi. Namun ia sadar, jika ia tidak kunjung bergerak dan bekerja, makan uang itu akan habis dengan sia-sia saja.

   Haejin menekan kepalnya yang mulai berdenyut-denyut menyakitkan, satu tangan lainnya mendorong botol bir ke bibir, dan kembali meneguknya. Berharap alkohol dapat meredakan rasa sakit kepala, seperti alkohol membersihkan luka.

   ”Apa rasanya terbang?” tanya Haejin pada malam yang tidak akan menjawab. ”Apa rasanya melayang?” matanya tertuju pada ubin semen di bawah yang dilewati oleh para pejalan kaki. ”Apa rasanya tidak memikirkan apa-apa? Ah, aku akan membayar berapa pun demi tidak memikirkan apa pun,” keluh Haejin sambil memeluk pegangan atap.

   Kemudian setetes air mata jatuh, mengingat bagaimana orang lain yang dekat dengannya nampak hidup jauh lebih baik darinya. Termasuk Donghae. Setelah berpisah, pria itu mengganti gaya rambutnya, melakukan tur Jepang, Eropa, Amerika Selatan.

   Sementara Haejin, hanya dapat terdiam menyaksikan semua orang mendapatkan hasil yang mereka inginkan.

   Haejin kemudian bertanya-tanya di dalam hati, apakah ini yang Jonghyun rasakan ketika memutuskan untuk meninggalkan dunia ini dalam tanya. Haejin pun kini merasa sangat berat untuk menjalani hari-harinya yang ia anggap hanya akan menyusahkan semua orang disekitarnya.

   ”Eomma, aku sudah bertahan sejauh ini… jika selanjutnya aku hanya akan menjadi beban bagi orang lain disekitarku bagaimana? Maaf ya, Eomma…” isak Haejin sambil mengusap matanya. ”Aku sudah mencoba bertahan, aku mencari kesempatan untuk terus bekerja tetapi hasil album kami terakhir sama sekali tidak bagus, Eomma. Belum lagi aku tahu Kyorin dan Chihoon ingin rehat sejenak dari aktvitas ini… hiks. Aku tidak mau membenani siapa pun, Eomma.” Isak Haejin dengan bahu yang terguncang-guncang.

   Untunglah saat itu atap tengah kosong, hanya suara deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya yang bergemuruh menemani isak tangis seorang Lee Haejin, leader dari grup yang pernah berjaya, Felidis.

 

>>><<<

Leave a comment