Perlahan-lahan, dia melepaskan pangutannya pada bibirku, kedua tangannya masih memeluk pinggangku erat-erat, dan aku pun masih melingkarkan kedua tanganku pada lehernya. Aku bisa merasakan napasnya yang memburu pada permukaan kulitku sekalipun mataku sedang terpejam.
Aku tidak tau berapa lama kedua bibir kami bertemu, yang jelas, ketika dia melepaskan ciumannya, aku masih memejamkan mataku, mencecap-cecap aroma dan rasa bibirnya pada bibirku. Aku menggigit bibirku lagi, ya Tuhan, aku masih bisa merasakan tempat-tempat sensitif pada bibirku dimana dia menyentuhnya, dan lidahku. Aaah, impianku jadi kenyataan, terima kasih Tuhan, Engkau mau mengabulkannya.
”Joha.” Ucapku bodoh. Continue reading