{91Liners} #2NDEpisode ~Bumunim~

Akhirnya episode 2 keluar, dan ternyata uri Haejin Eomma memiliki sebuah rahasia yang bahkan belum pernah Flyers ketahui! Apa itu? Silakan saksikan video cut uri Haejinnie ^^

*91Liners*

”Aku tidak tahu dimana Jinwoon dan Nicole bersembunyi,” Haejin terus berbicara pada kamera yang dibawa oleh VJ yang bertugas mengikutinya. ”Tapi kalau aku dan Minho saja mendapatkan tempat khusus untuk satu wahana, maka besar kemungkinan Jinwoon dan Nicole juga mendapatkan hal yang sama.”

   Haejin kini berdiri di tengah alun-alun taman bermain tersebut, masih banyak citizen yang mengikutinya, dan mengambil gambarnya, namun dalam pengawasan petugas keamanan.

   ”Dan aku sama sekali belum melihat mereka semua,” gumam Haejin memandang berkeliling. ”Pastinya mereka akan berlindung… dimana? Omo, Jinwoon!” Haejin langsung berlari bersembunyi agar Jinwoon yang tengah berlari juga tidak melihatnya.

   Haejin menyembunyikan dirinya dibalik patung salah satu figur kartun Korea Selatan yang cukup terkenal dengan gesit, sementara di kejauhan Jinwoon berlari cukup kencang bersama VJ-nya, dan Haejin memicingkan matanya ke tempat awal Jinwoon berlari.

   ”Tebakanku benar, Jinwoon meninggalkan Nicole dan putrinya,” bisik Haejin dengan bersemangat. ”Tapi masalahnya sekarang, Nicole itu kuat huhuhu…” ringis Haejin. ”Ah biarlah! Nanti kalau gagal tinggal bilang Minho, oiya… tadi Jinwoon datang dari sana… dan disana adalah…” Haejin kini berlari menyebrangi alun-alun menuju tempat awal ia melihat Jinwoon muncul.

   Ada beberapa permainan disana.

   ”Dimana ya?” Haejin memandang berkeliling. ”Ada empat mainan disini, dan keempatnya sepi. Omo!” Haejin memekik melihat Nicole yang menggendong anak perempuan dari wahana perahu layang. ”Itu mereka!”

   Haejin merunduk agar Nicole tidak melihatnya yang merayap mendekati pintu wahana perahu layangnya, ketika Nicole sudah menyembunyikan diri dengan baik di dalam perahu yang tidak berjalan tersebut, Haejin merayap masuk sepelan mungkin, dan berusaha tidak menimbulkan suara apa pun.

   Sampai akhirnya ia berhasil masuk dari sisi perahu sebelah kiri, dan di ujung yang berlawanan dari tempat Nicole dan anaknya bersembunyi. Haejin dan sang VJ masuk ke dalam perahu. Dan tiba-tiba perahu tersebut menyala, dan memberikan peringatan pada mereka.

   ”KYAAAAAA!” Nicole berteriak melihat Haejin yang sudah ada di dalam perahu, terlebih atap perahu tersebut menutup dan perahu mulai bergerak berputar mengikuti poros jam.

   Haejin terkekeh. ”Colee annyeong!”

   ”Ya! Jadi kau yang akan mengambil kaus kaki anakku?!” Nicole menuding dan memeluk anak perempuannya.

   Haejin tertawa. ”Oh! Aku meminta Minho yang menjaga Yoogeun, dengan perkiraan bahwa Jinwoon memang akan meninggalkanmu.”

  ”Andwae! YeEunnie, berdiri di belakang Eomma,” Nicole meminta anak perempuan itu berdiri di belakangnya terlindungi.

   Haejin menghela napas gugup. Dalam game ini, dia harus menyerang, dan dia sendiri yang memutuskan untuk menyerang. ”Colee-ya, mianhae!” Haejin membungkuk.

   ”Mwo?!”

   Haejin menerjang ke depan, dan mulai meraih YeEun, ’anak’ dari Jinwoon-Nicole yang nampak kaget. Nicole berusaha mempertahankannya, dan kini keduanya bergulat di lantai perahu yang masih berputar tersebut. Haejin dan Nicole sama-sama menjerit-jerit mempertahankan kaus kaki yang demi keamanan YeEun, telah dilepas oleh Nicole, sehingga kini ia dan Haejin yang bergulat.

   Jeritan dan suara mengaduh kesakitan bercampur dengan tawa mengiringi pergulatan antara Haejin dan Nicole, sampai akhirnya kaus kaki itu berhasil dirampas oleh Haejin yang memutuskan untuk mencium leher Nicole dengan gerakan seduktif. Nicole yang kaget, refleks melepaskan kaus kaki tersebut, terperangah ngeri.

   Tepat ketika perahu berhenti dan pintu terbuka.

   ”Gomawo, Colee,” dan Haejin mengedip lalu berlari keluar.

   ”Haejin mengerikan!” kata Nicole pada VJ-nya.

*           *           *

”MinHae Bumunim, success!”

   Sebetulnya Dongwoon juga berhasil merebut kaus kaki yang dijaga oleh Min, namun sayangnya, kaus kaki si kembar, berhasil diambil oleh Jinwoon, jadilah mereka juga tidak lolos.

   Maka kini, ketiga pasangan lain, sudah berkumpul di alun-alun bersama-sama menunggu hasil akhir antara MinHae vs LiNa yang berdiri di tengah-tengah mereka bersama anak masing-masing.

   ”Game terakhir adalah game yang menentukan siapa Best Bumunim.”

   MinHae dan LiNa mengangguk.

   ”Karena tema hari ini adalah Bumunim, dan tempat dilangsungkannya acara ini di Taman Bermain, maka game terakhir pun masih menyangkut soal rekreasi keluarga. Kali ini, kalian harus mencari anak kalian yang hilang…”

   ”Mwo?!”

   Tiba-tiba saja petugas sudah datang bersama orang tua asli dari Yoogeun dan Moonri, ’anak’ Eli-Nana, dan membawa mereka pergi. Dongwoon-Hyorin, Mir-Min, dan Jinwoon-Nicole nampak tertarik menonton.

   ”Kalian boleh menyebar, kalian juga boleh mencari bersama-sama, siapa yang paling cepat menemukan anaknya, dan kembali lengkap bertiga disini, maka ia yang menjadi Best Bumunim hari ini.”

   Haejin, Minho, Eli, dan Nana mengangguk.

   ”Baiklah kalau begitu, mulai!”

   Keempatnya memisahkan diri, Eli dan Nana ke sisi kanan, sementara Minho-Haejin berjalan cepat sambil mendiskusikan rencana mereka.

   ”Apakah kita harus berpencar?” tanya Haejin pada Minho.

   ”Tempatnya memang besar, tapi kalau kita merasa asing pada tempat ini, jika berpencar, saat sudah ingin kembali bertemu akan sedikit sulit.” Kata Minho nampak kurang yakin. ”Dan tempat ini besar sekali…” mereka kembali berhenti di tengah-tengah.

   Haejin mengangguk. ”Sangat besar,” gumamnya. ”Dan ini game terakhir, pasti akan dibuat sulit. Yoogeun tidak mungkin disembunyikan di tempat yang mudah diketahui, atau yang umum.”

   ”Keureom.” Minho mengangguk.

   ”Tapi karena dia anak-anak, tidak mungkin dia disembunyikan di tempat yang mengerikan, kan?” tanya Haejin mengira-ngira.

   ”Majyeo!”

   Haejin memandang berkeliling. ”Dan tempat ini sungguh besar~” Haejin menghela napas berat. ”Ah otokhe?” Haejin berjingkat-jingkat panik. ”Ini gameshow pertamaku, aku mau menang!”

   Minho tertawa. ”Tenang! Selama kau bersamaku kau akan menang, aku janji!”

   ”Jinjja?!” kedua mata Haejin melebar bersemangat.

   ”Oh.”

   ”Oke, kalau begitu jadilah suami terus!”

   Minho langsung tertawa dan mereka berdua lagi-lagi merasa geli dengan adegan-adegan yang mereka pertontonkan barusan. Dan kembali memandang berkeliling dengan panik.

   ”Kalau kita bertanya pada orang apakah ada yang melihat Yoogeun bagaimana?” tanya Haejin pada Minho sambil dengan otomatis.

   ”Kita minta semua citizen yang berkunjung mencari Yoogeun?” Minho tertawa. ”Eiiy, itu curang kan namanya? Begini saja, menurutmu permainan apa yang tertutup, tapi untuk anak-anak seumur Yoogeun?”

   Haejin nampak berpikir, wajahnya blank. ”Aku tidak pernah kesini saat anak-anak.” Jawabnya polos.

   Minho terbahak. ”Jinjja?! Jangan bilang kau selalu di Mokpo?”

   ”Ne, keureom.” Haejin mengangguk malu. ”Aku kan baru keluar Mokpo ketika di sekolah menengah.”

   ”Aigo! Dimana Yoogeun ya?”

   Haejin dan Minho kemudian menelusuri satu persatu wahana permainan yang ada di taman hiburan tersebut, diikuti beberapa VJ, dan tentunya para citizen yang penasaran dengan mereka.

   Dan tetap saja, keberaan Yoogeun nihil!

   ”Otokhe? Tapi Eli dan Nana belum juga menemukan anak mereka kan ya?” tanya Haejin pada PD dan VJ.

   ”Belum.”

   ”Apakah kalian tidak bisa memberikan kami hint?” tanya Haejin cemas. ”Tempat ini besar sekali…”

   Minho mengangguk-angguk di belakang Haejin.

   ”Tidak bisa.”

   ”Otokhe?” tanya Haejin pada Minho.

   ”Masih ada beberapa wahana yang belum kita periksa, dan itu semua wahana yang berada di dalam ruangan.” Kata Minho sambil memandang berkeliling lagi. ”Kurasa memang Yoogeun ada disana.”

   Haejin mengangguk. ”Tapi wahana seperti itu juga banyak.”

   ”Menurutmu dia dimana?”

   ”Istana Boneka?”

   ”Atau di Akuarium Raksasa?”

   ”Akuarium?!” mata Haejin melebar senang. ”Kurasa dia ada disana!” dan Haejin menarik Minho untuk buru-buru mendekati wahana akuarium raksasa tersebut dan memasukinya.

   Dan di dalam sepi!

   ”Sepi…” Haejin takut-takut melangkah maju.

   Suasana Akuarium raksasa itu lengang, temaram karena hanya diterangi lampu-lampu redup yang memamerkan berjenis-jenis ikan di dalamnya, dan hewan laut lainnya.

   ”Pasti ada sesuatu disini!” kata Minho yakin, di belakang Haejin sambil memandang ke segala arah. ”Wahana ini juga tidak dimasuki orang.”

   ”Harusnya Akuarium menjadi tempat yang dipenuhi pengunjung,” Haejin melongok ke kanan dan ke kiri ketika jalan bercabang menjadi dua arah. ”Tapi jika lengang seperti ini… artinya kru Running Man menyewanya, dan itu mencurigakan.”

   Mereka berdua berhenti di tengah jalan bercabang.

   ”Bagaimana?” tanya Minho. ”Aku yakin ada sesuatu disini, entah Yoogeun, atau pun anaknya Eli-Nana.”

   ”Kalau anaknya Eli-Nana, kita harus menyembunyikannya!” seru Haejin.

   Minho tertawa. ”Ya! Ternyata kau sangat berambisius untuk menang ya?”

   ”Keurom!” Haejin menjawab. ”Appa, kita harus menyebar, sepertinya belum ada tanda-tanda Eli dan Nana kesini. Tapi akan lebih baik jika kita percepat!”

   Minho mengangguk. ”Kurasa untuk disini saja kita bisa menyebar.”

   ”Kalau begitu aku ke kiri, dan Appa ke kanan?”

   ”Oke! Kalau ada apa-apa kau harus beritahu aku segera, oke?”

   ”Oke!”

   Mereka berdua kemudian berpisah. Haejin mengambil jalan ke kiri, sementara Minho ke kanan. Haejin memasuki lorong yang di kanan-kirinya merupakan akuarium berisi ikan-ikan hias di lautan beserta makhluk laut lainnya, seperti kuda laut atau terumbu karang.

   ”Lama tidak melihat ubur-ubur,” Haejin menunjuk akuarium berisi ubur-ubur indah yang berenang. ”Dulu di Mokpo, teman-temanku suka menangkap ubur-ubur,” Haejin memberitahu kamera. ”Aku sendiri tidak pernah mau main terlalu lama di laut, perih!” ujar Haejin. ”Gyaaaaa, ini ikan Nemo kan!” Haejin melonjak-lonjak mendekati salah satu akuarium. ”Ah, nama ikannya Clownfish, ikan badut, saudara-saudara…” dan sekarang Haejin menjelma bagaikan seorang presenter pengetahuan tentang ikan. ”Ini adalah ikan favoritku,” kekehnya lagi sambil menjelaskan pada kamera. ”Amphiprioninae… cuih! Susah sekali menyebutnya, hahaha…” tawanya, dan menempelkan tangannya di kaca akuarium. ”Nemo~” panggilnya sambil mengetuk-ngetuk. ”Aigo kyeopta~”

   ”Kenapa kau suka Ikan Nemo?”

   Haejin terkekeh pada sang VJ. ”Ikan Nemo itu cerah, dan menurutku mereka adalah jenis ikan yang seksi.” Jelas Haejin dengan yakin, entah mendapatkan keyakinan darimana. ”Dan ikan-ikan ini selalu membuat segar, gyaaaaaaa inginnya aku memelihara Anemonefish satu ini.”

   ”Haejin-ssi ingat tugasmu, jangan terpana pada ikan-ikan itu.”

   ”Ah, bahta!” Haejin menepuk dahinya. ”Aku pergi dulu,” dan Haejin mengecup kaca akuarium. ”Nanti aku kesini lagi Nemo Tampan~” entah tahu darimana Haejin ini soal Nemo jantan dan betina.

   Haejin kemudian memasuki lorong yang lebih gelap. Dia berjalan sangat hati-hati sampai akhirnya mendengar suara-suara cukup ramai di salah satu ujung lorong, dengan penasaran ia percepat langkahnya. Dan benar saja tempat itu adalah set syuting, dengan kamera dan seorang PD.

   ”Yoogeun!” seru Haejin melihat Yoogeun sedang duduk manis bersama seorang kru di tengah-tengah batu yang terletak di atas kolam. Haejin bergegas berlari mendekati kolam kecil itu. ”GYAAAAAAAA!” tiba-tiba Haejin menjerit mundur dengan ketakutan. ”ANDWAE! MINHO-YAAAAAA… APPA! MINHO APPA! GYAAAAAAAAAA‼!”

   Haejin mendadak mundur, punggungnya membentur dinding, dan menekap mulutnya dan matanya terpejam, dia berjingkat-jingkat ketakutan. ”MINHO APPA!” jeritnya kencang lagi.

   Dan Minho yang tengah memeriksa bagian lain, mendengar jeritan Haejin samar-samar. Kedua matanya melebar ngeri, bertanya pada sang VJ. ”Itu Haejin kan ya?” tanyanya.

   VJ-nya mengangguk.

   Minho langsung berlari mengikuti arah suara Haejin, dan akhirnya menemukan Haejin yang merapat pada dinding. ”Eomma, waeyo?” tanyanya, bahkan tidak melihat ada Yoogeun di tengah kolam.

   Haejin langsung mencengkram lengan Minho, dan membuka matanya, ada tetesan air mata. ”Itu Yoogeun disitu…” isaknya ketakutan. ”Tapi… tapi…”

   Minho menoleh dan senang. ”Yoogeun-ah!” Minho lalu menoleh ke arah yang di tunjuk Haejin.

   Ternyata itu adalah kolam ular air.

   ”Aku tidak bisa lama-lama disini aku akan histeris!” Haejin benar-benar panik mencengkram lengan Minho. ”Jebal! Aku takut ular, aku benar-benar takut ular!” dia menangis terus dengan ketakutan.

   Minho kemudian menoleh pada Yoogeun, dan kembali pada Haejin.

   ”Oke, oke, kau tenang disini… aku yang akan ambil Yoogeun, oke?” Minho meletakkan kedua tangannya pada bahu Haejin. ”Ya! Kau tenanglah, Jin-ah… omo,” Minho nampak cemas. ”Sepertinya dia benar-benar ketakutan. Jin-ah, kau kalau takut lebih baik tunggu disana, jangan disini…”

   Haejin terus menangis.

   ”Oke, oke, sebentar, aku ambil Yoogeun dulu,” dan Minho berbalik lalu dengan sedikit ragu dia mulai melangkah masuk ke dalam kolam tersebut dan menyebranginya menuju batu dengan Yoogeun di tengahnya. Diambilnya Yoogeun dalam pelukannya lalu kembali keluar dan menghampiri Haejin.

   Haejin langsung menarik Minho yang menggendong Yoogeun agar pergi dari situ. Barulah ketika diluar, Haejin memeluk Yoogeun sambil menangis, sampai Minho tersenyum geli melihatnya.

   ”Aku benar-benar takut ular,” isak Haejin menjelaskan mengapa dia ketakutan seperti tadi. ”Kalau ada yang paling kutakuti, itu adalah ular dan ketinggian.” Isaknya lagi.

   ”Uljima, eomma…” bisik Yoogeun sambil mengelus pipi Haejin.

   Haejin kembali memeluknya. ”Aku mau menolong Yoogeun tapi melihat ular aku tidak sanggup, dan itu membuatku merasa sangat payah~” isak Haejin lagi dan Minho menepuk-nepuk bahunya prihatin, begitu pula Yoogeun yang terus mengelus rambut Haejin.

*           *           *

”Minho-Haejin success!”

   Semua pasangan sudah berkumpul di depan kamera-kamera dan para kru kembali, begitu juga dengan anak-anak yang mereka bawa. Eli dan Nana terlambat hanya sepersekian detik dari Haejin-Minho. Anak mereka disembunyikan di tempat yang sangat tinggi, tempat bungee jumping.

   ”Dan Best Bumunim hari ini jatuh kepada MinHae!” seru Dongwoon, diikuti tepukan tangan dari teman-teman lainnya.

   Haejin dan Minho saling ber-high five ria.

   ”Sebagai hadiah, kalian akan mendapatkan foto keluarga,” kata Min sambil menggendong Yoogeun diantara keduanya. ”Silakan cium Yoogeun dan gambar kalian akan diabadikan.”

   Dan Haejin-Minho mencium Yoogeun yang ada diantara mereka. Diiringi tepuk tangan iri teman-teman lainnya.

   ”Dan inilah akhir dari episode kedua Teenage Running Man!” kata Jinwoon.

   ”91LINERS… annyeong!” semua berseru dan melambai pada kamera.

-Keutt-

Cutting by : Lee Mihee

Shared @ f3lidisjjang.com