{JinHaeXy} When I Fall ~Part 7~

*Part 7*

Kukira mau diajak kemana, ternyata ke Starbucks, yang sama sekali tidak jauh dari dorm, namun tetap kami tetap kesana dengan menggunakan mobil. Bahkan Siwon Sunbae tidak mengizinkan aku duduk di belakang sendirian, jadi Donghae Sunbae dengan tidak enak hati menemaniku. Ya ampun, Siwon Sunbae sudah seperti supir, padahal ini mobilnya.

   ”Aku hanya menemani sampai disini,” Siwon tersenyum ketika mereka hendak masuk Starbucks. ”Aku ada urusan, aku mau menelepon,” dia memberi kedipan pada Donghae Sunbae. ”Katakan yang harus kau katakan, jangan sampai menyesal, dan membuntuti PRR melulu!”

   ”Ara, Wonnie, gomawo,” ucap Donghae Sunbae.

   ”Aku di depan ya, enjoy your time,” Siwon Sunbae tersenyum padaku dan menepuk bahuku ringan, dan dia keluar sambil membawa Coffee Lattenya.

   ”Mau minum apa?” tanya Donghae Sunbae pelan padaku.

   ”Apa aja,” karena jujur belum pernah ke Starbucks.

   ”Apa aja itu apa? Aku nggak tau minuman favoritmu,” kata Donghae Sunbae tingkah. ”Kau kan cuma suka Coca Cola pakai es batu…” dia menunduk malu-malu mengetahui kesukaanku.

   Aku melongo, ”Tau darimana?”

   Dia mengedip saja, ”Ayolah, bilang saja… kau mau minum apa?”

   Aku menatap deretan menu, mau ngaku nggak pernah ke Starbucks malu, karena sepertinya Donghae Sunbae sering kesini, dia dengan sabar menunggu pilihanku. ”Sunbae duluan deh, nanti barangkali aku ikutan.”

   ”Aku mau minum yang dingin, ini kan udah malam, kau mau minum yang dingin atau yang hangat? Ini kan masih Januari, udara masih agak dingin,” ujar Donghae lagi. ”Aku biasanya kalau kesini minum Caramel Frappucino.”

   Aku tidak mengerti bedanya Frappucino, Mocacino, Capuccino, yang penting semuanya kopi, kan? Aku mengangguk-angguk saja. ”Samain aja deh, Sunbae.”

   ”Yakin? Gak mau minum yang hangat? Atau Strawberry? Nggak takut nggak bisa tidur?”

   ”Nggak ah, samain aja deh…” ujarku nyengir.

   ”Oke,” Donghae Sunbae kemudian memesan dua buah Caramel Frappucino, dan bertanya lagi. ”Makan apa? Eh, gak boleh makan ya kalau jam segini?”

   ”Kata siapa? Makan mah makan aja,” sahutku.

   ”Yakin? Nggak dimarahin sama Manajermu?”

   ”Nggak bakalan, Sunbae, tenang aja…”

   ”Oke, kupesankan tiramisu, atau kau mau yang lain?”

   ”Samain aja.”

    Donghae Sunbae tersenyum, dan kembali memesankan makanan yang sama, kemudian dia membawa nampannya ke sebuah sudut dengan dua sofa kecil yang saling berhadapan dipisahkan oleh meja bundar, di sisi jendela.

   ”Nih, minumnya.”

   ”Gomawoyo, Sunbae.”

   Donghae Sunbae mulai meminum minumannya dari sedotan, dan aku juga ikut minum, entah kenapa aku mulai gugup. Sepertinya Donghae Sunbae akan memulai pembicaran ini, apalagi melihatku terus menunduk dan menyeruput minuman ini. Enak juga sih, cuma apa bedanya Cino-cino itu?

   ”Haejin-ah…” katanya.

   ”Oh?” aku mengangkat wajahku. Wajahnya memerah, entah kenapa wajahku jadi ikut memerah.

   Dia tersenyum. ”Joayo…”

   Astaga! Nggak ada kata sambutan dulu apa, Sunbae? Langsung blak-blakkan banget bilang suka, wajahku makin memanas. ”Ah, ye…” kataku terbata. ”Kamsahamnida…” kudengar diriku menjawab sambil membungkuk, lalu kusadari itu tindakan bodoh pada seseorang yang bicara suka padamu.

   Dia tersenyum saja.

   ”Jinjayo? Dari tahun 2003?” tanyaku kemudian.

   Dia mengangguk.

   ”Bagaimana bisa?”

   ”Kau mau aku cerita bagaimana aku bisa suka padamu?”

   ”Ah, ye…” aku menunduk karena malu.

   ”Aku tidak keberatan, toh ini akan menegaskan padamu kalau aku…” ucapannya terhenti, menggantung, aku mendongak menatapnya lagi, dia menatapku di mata. ”Serius padamu.”

   Jantungku berhenti sekitar dua detik, aku nggak bisa berkedip, tapi kemudian dia mulai bercerita.

   ”Aku sekolah di SMA itu, sambil aku sendiri belajar menari… karena aku mau jadi penyanyi, mewujudkan impian ayahku,” katanya memulai. ”Waktu itu kelas ballet baru dibuka, dan seluruh sekolah heboh, karena katanya yang mengajar anak SMP kelas satu.” Lanjutnya sambil tersenyum. ”Aku sih nggak penasaran, cuma aku berpikir gadis ini pasti pintar, makanya SMP sudah bisa mengajar ballet SMA. Waktu itu sekitar hari Kamis sore…”

   Aku berusaha mengingat, seperti kembali ke masa-masaku SMP dulu. ”Itu jadwalku mengajar…” kataku.

   ”Ne,” Donghae Sunbae mengangguk. ”Aku membuka pintu ruangan latihan, karena aku mau audisi masuk SM waktu itu, aku mau berlatih, tapi waktu kubuka pintu… kau sedang menari sendirian…” dia tersenyum lembut sekali, kok aku malah mau menangis ya? ”Aku tidak pernah melihat penari ballet secara langsung, waktu aku melihatmu, aku tidak jadi masuk dan berlatih… aku cuma melihat dari pintu, wajahmu polos dan bahagia sekali waktu menari. Dari situ, cuma dari situ, aku langsung suka padamu…” bahuku mulai bergetar, tapi dia tidak menyadarinya, Donghae Sunbae tetap melanjutkan. ”Aku suka memerhatikanmu latihan diam-diam, kalau kau menari sendirian, aku pasti melihat dari pintu. Sudah tiga bulan, aku selalu melihatmu menari, tapi kau tau sendiri, aku bahkan tidak berani masuk ke dalam dan bicara padamu… aku menyesalinya sampai sekarang, lho.” Kekehnya. ”Waktu itu kau mau lomba, aku senang sekali aku ingin menontonmu, tapi pada waktu itu… aku harus ke Seoul, audisi. Dengan hati berat, aku pergi ke Seoul… aku masih merasa, bahwa setidaknya, seharusnya aku bicara padamu. Penyesalan yang selalu kubawa sampai sekarang… karena di Seoul, aku tidak bisa lupa padamu.”

   Aku menggigit bibir, berusaha menahan tangis.

   ”Aku nggak tau apa aku bisa bertemu lagi denganmu atau tidak, karena aku diterima di SM, aku tidak pulang lagi. Ketika kembali, aku tidak pernah menemukanmu lagi… tapi aku selalu memikirkanmu,” dia jujur. ”Aku tidak tau juga harus mencari kemana, kalau mencarimu pun, kau tidak tau siapa aku… setiap kembali ke Mokpo, setelah aku menjadi member Super Junior pun, aku selalu mencoba ke sekolah… mencarimu, walau tau kau tidak akan muncul lagi disana, cuma itu satu-satunya tempat yang aku tau. Dan akhirnya, waktu Felidis debut…”

   Aku benar-benar berkonsentrasi mendengarkannya sekarang sambil mati-matian menahan air mataku.

   ”Kami semua dipaksa Kyuhyun menonton di televisi,” kekeh Donghae. ”Januari 2009, tahun lalu… aku tidak berkedip melihatmu.” Air mataku tumpah, aku tidak bisa menahan lagi. Dia juga berkaca-kaca. Óh Tuhan, cerita ini membuat sesak saja. ”Aku kaget! Aku tahu itu kau, tidak banyak berubah… hanya sedikit lebih tinggi…” air matanya yang tumpah sekarang. ”Aku menangis malam itu, akhirnya aku menemukanmu.”

   Aku menekap mulutku, berusaha menahan tangisku.

   ”Tapi walau begitu, aku masih pengecut, kan?”

   Aku tidak menjawabnya.

   ”Aku tidak bilang apa-apa, aku cuma menontonmu dari televisi, melihatmu di Music Bank, Music Core, Inkigayo dan berbagai festival lain, cuma bisa diam, melihatmu dari jauh, tetap jadi pengecut yang diam-diam memerhatikanmu, dan sadar kalau aku… jatuh cinta padamu dari dulu, pelan-pelan aku mulai berani sedikit-sedikit menyapamu, meski bersama Felidis. Tapi, setelah akhirnya kita benar-benar bertemu di pemotretan majalah, aku tidak bisa menahan lagi… apalagi, kau… suka pada adikku, Choi Minho.”

   Oke, ini semua gara-gara Ongie!

   ”Mungkin kau menganggapku bukan pria gentle, tapi aku sungguh suka padamu, dan aku tidak mau menyesal lagi. Aku mulai mendekatimu pelan-pelan, dan aku tahu kau patah hati, walaupun tidak tahu kau patah hati oleh siapa, aku sedih sekali melihatmu menangis waktu itu…” katanya. ”Andai aku berani mendekatimu dari dulu, aku tidak akan membuatmu hancur begitu… aku tidak bisa tidur waktu kau masuk rumah sakit, akhirnya aku minta izin menjengukmu tengah malam, dengan alasan siangnya tidak mungkin, karena pasti penuh penggemarmu, padahal aku cuma mau menemanimu.”

   ”Sunbae…”

   ”Ne?”

   ”Kenapa kau tidak pernah lelah?” tanyaku sambil mengusap air mataku. ”Bukan maksudku tidak menghargai, tapi…” aku memegang dadaku yang agak sesak. ”Apa Sunbae tidak merasa membuang waktu Sunbae, menyukai gadis sepertiku? Yang bahkan tidak menyadari Sunbae…”

   Dia nampak menatapku serius. ”Tidak ada yang sia-sia! Aku serius, aku jatuh cinta padamu. Aku tidak merasa lelah sekali pun, meski kau tidak tau siapa aku…” pelan, dia menggenggam tanganku. ”Karena aku tidak menuntut apa-apa dari cinta ini, hanya tidak mau kau menangis lagi… dan alangkah bahagianya, kalau aku yang bisa menghapus air mata itu. Tapi, aku tidak akan memaksamu.”

   Aku mengusap-usap mataku.

   ”Aku akan sangat senang kalau kau mau menerima cintaku, tapi tentu saja dengan keadaan kau juga mencintaiku. Aku tidak memaksa sekarang…” dan perlahan dilepaskannya tanganku.

   Aku menarik napas dalam-dalam. ”Sunbae, terima kasih banyak…”

   ”Untuk apa?”

   ”Perasaanmu.”

   Dia cuma tersenyum. ”Tak perlu dijawab sekarang, kau pikirkan saja dulu, akan kutunggu, sampai kau benar-benar siap menjawabnya.”

   ”Ne, aku mungkin tidak menjawab sekarang… karena aku juga belum tahu bagaimana perasaanku padamu, Sunbae,” akuku. ”Tapi, aku bahagia saat kau menemaniku di rumah sakit,” aku berusaha jujur. ”Aku pun belum terlalu mengenal Sunbae, dan Sunbae juga belum terlalu mengenalku lebih lagi. Mungkin…” aku berusaha memilih kata-kataku.

   ”Apa?”

   ”Mungkin kita bisa seperti orang pacaran,” wajahku memerah. ”Padahal sebetulnya, pendekatan, Sunbae boleh anggap aku pacar Sunbae, dan aku akan menganggap Sunbae pacarku, agar kita saling tau satu sama lain. Jika nanti sudah waktunya, aku siap dengan perasaanku, baru kita pacaran, bagaimana?”

   Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, kaget dengan penawaranku.

   ”Kalau tidak mau tidak apa-apa, kok Sunbae…”

   ”Ani, aku mau!” jawab Donghae langsung. ”Aku boleh memperlakukanmu seperti kekasihku, dan begitu juga kau akan memperlakukanku seperti kekasihmu, kan?” aku mengangguk, tak percaya dia akan setuju. ”Jadi, kalau orang bertanya, apa yang akan kita jawab?”

   Aku mendesah, lupa kalau member Felidis dan member Super Junior lain itu tukang gosip. ”Kita tidak usah jawab apa-apa, Sunbae, bilang saja jalani dulu… cuma kita berdua aja yang tau, gimana?”

   Dia tersenyum. ”Oke.” Diulurkannya jari kelingkingnya, aku menyambutnya.

   ”Maaf ya Sunbae, kau sudah menungguku begitu lama dan aku masih terus memintamu menungguku,” aku menunduk. ”Tapi kalau nanti hati Sunbae berubah, Sunbae boleh pergi kok.”

   ”Aiya, gwenchana…” dia nampak bahagia sekali.

   Entah kenapa aku mau melihat dia yang terus tersenyum seperti itu, tapi aku masih ragu. Aku takut, dan hatiku belum kembali lagi, tapi mungkin ini cara agar aku melupakan Taecyeon. Mianhaeyo, Sunbae.

   ”Hmm, karena sekarang kita belajar pacaran,” kata Donghae Sunbae lagi. ”Kita harus punya nama panggilan sayang.”

   Wajahku memerah. Aiya, dia kekanak-kanakan sekali, tapi aku suka. ”Apa? Jagi? Yeobo? Ah, aku paling benci panggilan yeobo, kesannya lawas sekali…”

   Dia tertawa. ”Oke, jangan yeobo kalau begitu…”

   ”Tapi manggilnya kalau cuma berdua aja ya?”

   ”Hmm, depan orang dong…”

   ”Aah, maluuuu…”

   Donghae Sunbae terlihat berpikir. ”Kalau buat dua panggilan, satu untuk yang di depan orang, satu untuk kita berdua saja?” tawarnya.

   ”Oke,” aku mengangguk.

   ”Kau mau panggil aku apa kalau di depan orang? Jangan Sunbae lagi…” katanya dengan riang.

   Aku berpikir. ”Hae Oppa?”

   ”Oppa? Hmm, sama seperti Kyu dong…”

   Astaga, dia mau yang spesial sendiri rupanya. ”Tapi aku jarang memanggil orang yang lebih tua dariku dengan sebutan Oppa, kecuali dia memang seperti Oppa bagiku. Hanya Junsu Oppa dan Nickhun Oppa, juga Kyuhyun Oppa yang kupanggil Oppa.”

   ”Nah, aku kan tidak mau jadi Oppamu,” katanya tanpa malu-malu lagi.

   Aku tersenyum. ”Nemo?”

   ”Nemo?”

   Aku mengangguk, ”Kan katanya panggilan Sunbae itu Fishy, trus aku lihat gambar ikannya, gambar ikan Nemo.” Ujarku lagi.

   ”Oke, setuju kalau begitu kau akan kupanggil nama ikan juga…” kata Donghae Sunbae. Aku tertawa, dia terlihat berpikir sambil meneliti wajahku, aku jadi malu, akhirnya aku makan. ”Pipimu chubby…” dia mencubit pipiku. ”Maskokiku…”

   Wajahku memerah. ”Maskoki?”

   ”Hmm, tembam, berisi… hampir ndut, hehehe, tapi aku suka, badanmu berisi, tidak kurus, pipimu chubby.”

   Aku mengangguk saja.

   ”Kalau cuma berdua?” tanya Donghae Sunbae lagi.

   ”Molla, kau mau memanggilku apa?”

   ”Sayang?”

   Wajahku memerah, dia benar-benar tidak malu-malu menunjukkan perasaannya sekarang. Aku selalu dibuat senam jantung tak karuan, apalagi ditambah senyumannya yang memukau.

   ”Boleh kupanggil Hae saja?” tanyaku malu.

   ”Hae?”

   Aku mengangguk.

   ”Baiklah, pelan-pelan saja… Sayang,”

   Aduuuuuh, ada jantung cadangan nggak ya? Mati mendadak aku kalau terus di perlakukan begini, well, mungkin ini cara paling baik. Dia terus mengajakku mengobrol tentang Mokpo, dan kemudian mulai menceritakan apa yang ia sukai, dan ia bertanya apa yang kusukai. Dan kami berbeda dalam selera warna kesukaan, dia tidak suka pink, sementara aku sangat menyukai warna pink. Dia suka biru, karena warnanya seperti warna laut.

   Well, aku juga suka laut, tapi tetap suka pink.

   ”Berarti kau tidak suka aku pakai sesuatu yang berbau pink dong?” tanyaku.

   ”Rasanya kalau sudah ada kau, semua hal jadi kusukai,” aku kembali mengaduh di dalam hati, dia romantis sekali, atau gombal? Tapi aku suka…  ”Aku tidak keberatan kalau kau yang pakai pink, bukankah memang pink itu pasangannya biru?” tanyanya percaya diri.

   Aku kembali tersenyum.

   Ponselnya bergetar, dia meraihnya dan mengangkatnya. ”Yeoboseyo, waeyo Siwon-ah? Ah ye ye… ye…” dia menekan tombol merah di ponselnya itu, lalu memandangku. ”Hah, waktu berlalu bagai terbang kalau bersamamu… sudah pukul tiga, rasanya kita harus pulang, besok kau ada jadwal?”

   ”Ani,” aku menggeleng.

   ”Adik-adikmu ketiduran di dorm,” kekeh Donghae.

   Aku menepuk kepalaku, baru kali ini aku lupa pada dua adikku! Ya Tuhan, Donghae Sun, ani, Donghae… Donghae bisa melakukannya, membuatku lupa akan keadaan sekitarku, semoga ini pertanda baik, Tuhan.

   ”Ayo, pulang…” dia berdiri, dan dia menggandengku, hatiku berdesir, dia tidak canggung, dan aku tidak menolaknya.

   ”Tapi, Hae…”

   ”Ah, kau memanggil panggilanku,” katanya riang menggerak-gerakkan tangannya yang menggenggam tanganku.

   ”Hae…” aku menarik-narik bajunya. ”Nanti kalau digosipin gimana? Ini kan tempat umum…”

   ”Kau kan kakaknya Chi, bilang saja kami semua kakakmu,” jawabnya santai sambil membawaku menuju mobil Siwon Sunbae, dan Siwon Sunbae yang sedang menelepon melongo melihat gandengan tangan kami.

   ”Aku telepon lagi nanti!” dia buru-buru mematikan ponselnya, dan mengernyit menatap kami berdua.

   Aku nyengir-nyengir malu, menyembunyikan wajahku dibalik tubuh Donghae, Donghae tentunya yang paling senang saat ini. ”Ayo pulang,” katanya pada Siwon Sunbae.

   ”Ye, allgessimnida, Huijangnim!” sindir Siwon Sunbae. ”Perlu kubukakan pintu sekalian?”

   ”Ahahaha, kau sensitif sekali, Siwon-ah…”

   ”Heuu…” decak Siwon Sunbae. ”Perlu kau tau, Lee Haejin, dia tidak bisa menyetir, makanya aku ikut! Dan sekarang aku akan melihat kalian, hah…” dia mengeluh lalu masuk ke kursi kemudi.

   Aku tertawa.

   ”Ayo,” Donghae membukakanku pintu, dan membimbingku masuk ke dalam mobil Siwon Sunbae. ”Wonnie, aku perlu duduk di sebelahmu?”

   ”Tidak usah basa-basi! Sana duduk di belakang, tapi jangan berbuat aneh-aneh, aku mupeng!” balas Siwon.

   Donghae tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya duduk di sebelahku, dan lagi-lagi menggandeng tanganku, dan dibawanya di atas pahanya, aku tidak menolaknya, karena ada kehangatan yang mengalir disana.

   Kami tiba di apartemen Super Junior, Siwon Sunbae memarkirnya ke basement dalam, jadi Donghae masih terus menggenggam tanganku dan membawaku naik ke apartemen mereka. Setibanya disana, kukira semua sudah tidur, waktu sudah menunjukkan pukul empat soalnya, tapi nyatanya semua LENGKAP! Bahkan Chihoon dan Kyorin masih bangun.

   Semua terpana begitu pintu terbuka, dan Donghae menggandengku masuk, aku malu dilihat begitu, tapi Donghae tidak mengizinkan tanganku lepas. Mulai dari Leeteuk Sunbae, Heechul Sunbae, Yesung Sunbae, Shindong Sunbae, Sungmin Sunbae, Eunhyuk Sunbae, Ryeowook Sunbae, Kyuhyun Oppa, Kyorin, dan Chihoon semua melongo dengan suksesnya, dan dengan bersamaan pandangan mereka turun ke tangan kami yang bergandengan.

   ”Wow!” gumam Eunhyuk.

   ”Oke,” deham Heechul.

   ”Hmm…” ujar Yesung.

   ”Daebak!” Chihoon geleng-geleng.

   ”Kalian ini bukannya tidur!” omelku pada Kyorin dan Chihoon. ”Ayo pulang!” kataku menahan malu.

   Kyorin dan Chihoon mengangguk-angguk.

   Keadaan jadi agak canggung karena malu, tapi kami bertiga pamit, dan amat berterima kasih kepada Super Junior Sunbaedeul. Turun ke bawah, Kyuhyun Oppa dan Donghae yang mengantar kami.

   ”Kayaknya kau akan sering mampir,” Kyuhyun mengelus kepala Chihoon sambil terkekeh, dua-duanya terkekeh identik, aku mau melempari Chihoon dengan sandal rasanya, sementara Kyorin cuma senyum-senyum.

   ”Kapan kau akan mempertemukanku dengan…” tanya Chihoon tiba-tiba, tapi Kyuhyun menekap mulutnya.

   ”Kau ini, ember sekali!”

   ”Sama lah sepertimu,” celetuk Donghae, Kyuhyun mendelik menatap Donghae yang langsung membuang pandang, aku tertawa, Kyorin masuk ke van. Disusul Chihoon setelah mencium pipi Oppanya, Kyuhyun melambai, dan kabur duluan.

   Donghae menatapku, ”Mana ponselmu?”

   ”Wae?”

   ”Mana ada orang pacaran tidak punya nomor hape…” katanya, lalu aku mengeluarkan ponselku dan menyerahkannya, dia mengetikkan deretan huruf, lalu menelepon, dan tak lama dia mengeluarkan ponselnya! Omo, BlackBerry Bold 9000 black. Dia mengemblikan ponselku, ”Itu nomorku, kau boleh simpan dengan nama apa pun. Masuklah,”

   ”Jaljayo, istirahat Hae…” kataku akhirnya.

   ”Oke, Sayang…” kedip Donghae.

   Aku nyengir, dan melambai, dia melambai juga, dan aku masuk ke dalam mobil, tak lama mobil kami berjalan, dan Donghae masih melambaikan tangannya pada kami. Lalu aku merebahkan kepalaku di kursi, saat dua pasang mata dari dua arah berbeda menatapku tajam, bersamaan.

   ”Onnie! Hutang cerita!”

   ”Onnie, kau jadian, ya?”

   ”Aku ngantuk,” aku ngeles.

   ”Ah, Onnie…” rengek mereka berdua kompak, aku cuma tersenyum dan memejamkan mataku. Hari ini panjang, dan melelahkan, tapi aku rasa  untuk hari menyenangkan di masa depan.

*           *           *

Aku dan Donghae semakin dekat, terserah anak-anak Felidis atau Super Junior menganggap apa! Mereka setengah yakin kami sudah pacaran, tapi karena tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut kami soal status, mereka jadi belum yakin juga. Kami sengaja diam, atau aku yang diam, Donghae senang dia bisa sepuasnya meneleponku, mengirimiku pesan gambar, pesan suara, pesan teks, dan jenis-jenis pesan lainnya, juga senang sekali mengajakku kemana-mana, sumpah!

   Mereka akan segera comeback dengan 4Jib, dan itu membuat mereka semakin sibuk, selain rekaman dan koreografi, mereka juga melatih fisik mereka, demi target di album keempat mereka. Dan Felidis, yang jadwalnya semakin lama semakin surut, yah, karena Chihoon diperintahkan untuk berkonsentrasi di sekolahnya dan tidak boleh terlalu banyak main.

   Perusahaan sedikit memberi kelonggaran soal ini, karena suara emas Chihoon, bakat dalam alat musik Kyorin, dan bakat tariku, sehingga jadwal kami dikendurkan. Jadilah, kemanapun Hae pergi, aku biasanya diajak, dan kami jadi semakin diyakini oleh para member pacaran. Biasanya nyaris tiap malam aku, Kyorin, dan Chihoon diminta ke dorm. Setelah sampai disana, lagi-lagi Siwon harus merelakan menjadi supir pribadi untuk mengantarku dan Donghae hanya ke Starbucks. Sesampainya disana, Siwon akan keluar menelepon, sementara aku dan Donghae akan ngobrol di dalam.

   Aku sedikit khawatir, bukan karena hubungan kami, hubungan kami sangat menyenangkan, aku mulai pelan-pelan yakin akan menerimanya menjadi kekasihku. Tapi, beberapa kali dari Twitter, kudengar banyak fotoku dan dirinya, juga Siwon yang jalan bersama. Tapi Siwon sering sudah pergi keluar, dan ada beberapa foto yang memperlihatkan kami tertawa, dan saat Donghae merangkulku kembali ke mobil Siwon.

   Aku bertanya padanya soal foto itu, dia menyuruhku tenang, katanya dengan alasan Chihoon adalah adik Kyuhyun, jadi semua member Felidis adalah adik Super Junior, tapi tetap saja. Untuk tidak ada yang melihat dia menggandengku.

   Sampai akhirnya ketika aku di kantor SM menemani mereka rekaman, ada telepon masuk dari perusahaan.

   ”Haejin-ah, kau dimana?” tanya Junjin Oppa dari kantor, tidak dari nomor ponselnya.

   Aku menggigit bibir, kalau kujawab di SM, dia akan bertanya jauh, Junjin Oppa kan tukang gosip! ”Aku lagi jalan, kenapa Oppa?”

   ”Kau ke perusahaan sekarang, Fancafe Felidis dibanjiri pertanyaan soal kau dan Siwon, serta kau dan Donghae Super Junior!”

TBC

hmm, semoga ini part gak makin aneh, dan buat yang nagihin biar bisa puas… hehehehe 🙂 Jangan lupa komen berisinya, yg saya tunggu… ^^ 

75 thoughts on “{JinHaeXy} When I Fall ~Part 7~

  1. gomawo chingu udh cpat d post n aq tmbh snang qlnya lngsung 2 part chingu post…..he3,mkin bgus aja ni critanya tp kq swon jd ikut2an d gosipin gra2 ngntar hae ama haejin k kafe….wah

  2. wayoloh hae unn, wayoloh hae unn, wayoloh hae unn~ wayoloh hae unn, wayoloh hae unn, wayoloh hae unn~ lho kok malah jd nyanyi salah satu lagu tradisional(?) 5Y(klsku dulu)? yasud lah lanjut! wayoloh ketawan loooh~ tp ada yg aneh.. ini hae unn yg dpt masalah knp aku jd ikut2an deg2an? -_-
    itu kyo kerjanya senyum2 mulu-_-
    eh itu kyu udh tw blm kl chi suka umin?
    sama unn aku jg kurang ngerti apa bedanya antara mocchachino, frapuchino, dll lah! tp sedikit ngerti krn FF ni -> http://chajeong.wordpress.com/2011/04/13/ff-espresso-diary-secankir-kopi-oneshot/ (ini FF direview ama ririn unnie)

  3. ya ampun hae, kekanakan banget…
    masa panggilan hae k haejin “sayang” sih, hehe

    aigoo~~
    siwon pny job sampingan, jd supir hae… wkwkwkw

    eunhyuk gak cemburu tuh liat hae pcran…. XD

  4. aduh part ini bener-bener romantis banget. aih DOnghae sabar bener kau *toel2
    astaga betapa baiknya mas kuda ini,udah kaya jadi anaknya presdir tapi tetep mau jadi supir…… #pletak!

  5. aku ngebut ni bacanya onn~
    haha~
    mo lngsung baca part 8 ma 9 ni.

    ku komen dlu ya~
    thu donghae kyak gg da pikiran lain. pacaran ke strabucks mulu.
    mana pasti mnta anterin siwon.
    haha~~ memang nasib dia sllu jadi kuda *pengantar tuannya*

    kyaknya udh bakal tidak da taec lgi ni.
    di mata haejin skarang sudh ada donghae seorang.
    thu member gg pada pengen twu apa klo slma ini jinhae pacaran.
    thu felidis ma E.L.F aja lngsung peka.. haha~

    udh ya onn~ pengen baca part 8nya ni.

  6. jiahahaaaa….
    sumpah ini pasangan ikan bikin ngiri deh…wonnie aj ngiri, aplg akuuuuu….*mupeng*

    ooooh.,., jd it toh alasannya knpa haejin sering jalan ma siwon & donghae..alasanny hanya krna donghae GA BISA NYETIR….
    ahh, belajar dnk oppa…masa tiap mw kencan ngerepotin org melulu…nyahahaaaaa#kabur#

  7. huaaaaa,,,,, aq keringglan 3 part nie..huhuhu
    hae2 kau ntu romantis taw gombal cey????hehe
    suka bgt pas hae bilang ” joayo”, maen nyelonong ajj ky bajay!!

    ”Karena aku tidak menuntut apa-apa dari cinta ini, hanya tidak mau kau menangis lagi… dan alangkah bahagianya, kalau aku yang bisa menghapus air mata itu. Tapi, aku tidak akan memaksamu.” duh dalem bgt kt2 ny!!! arrrrhhhh eonni bkin aq iri tau.ckckckckkk
    nostalgian nie ceritain awal suka,, was tuh barangkli hae ny ngarang2 cerita..hehe *plax,, *d geplax hae**
    wah awal ny pnggil sayang ma hae nie.. g sabar kapan momma ma poppa ny???

    wonnie mauan cey jd sopir ny!!pasti hae ngrengek2 y minta d anterin!! eonn bilangin hae atuh biar belajar mbil,, malu2in ajj cassanova kok kencan hrz d anterin cey!!!wkwkwkk
    PRR?? Park Ririn kah???
    cpa tuh yg d maksud m chi??? nara kah???
    wah ketauan tuhhh,, gmana nie???? TBC

    dah y coment ny aq ngebut bca ny harus ngejer part 8 ma 9 nie!!
    gomawo eonn,,, ff ny daebakk^^

  8. Pingback: {JinHaeXy} When I Fall ~Part 12~ « JinHaeXy

  9. pacaran juga akhirnya.. tuh.. coba dri dulu ngmng..
    siwon cakep2 cma jd supir.. mkanya belajar nyetir hae..
    #plakk
    hahhaha

  10. It’s Me Rhaya…
    Ganti Uname aja kok…

    Cieciecie….
    Akhirnya pacaran juga,
    Ntu abang Won2 jd supir…
    Bang ke tenabang yuks, nyari baju Lebaran
    *seret abang won2 bwt nyupir becak*

  11. hahahahaha it haejin luchu amt,,,,,,,seorng artis papan ats masa g tau apa bedanya rasa kopi,,,kwkwkwkwkw

    wah udh mau msk bagian konflik nich,,,,,,
    lanjut,,,,,,

  12. Wuiih..pnggiln syangny nemo ma maskoki..
    ,duh jd ikt’n sneng deh klo mreka gtu..
    ,tp ky’a da mslah ma magement y onn??
    ,q doa’in baik” ja deh..
    ,ok..jinhae hwaitting.:D

  13. bagus bagus, cuma ada beberapa kata asing ajaa yg aku lupa apa kata nya, ckck
    oh iya untuk part sebelumnya kan laatar nya january 2010 tapi knp ada mbc new year?? ku bingung disitu

Leave a reply to nie p.nie Cancel reply