It’s Fine, Donghae’s Daughter & Son ~Part 2~

Nadine terus melihat ke dalam mata Donghae. ”Tuan… ada yang salah? Apakah ada yang bisa saya bantu?”

Donghae buru-buru mengontrol ekspresinya. ”Ah, aniya… selamat pagi, Nadine Saem…”

”Pagi…” Nadine membungkuk sambil tersenyum.

Tapi Donghae sama sekali tidak bisa tersenyum, seluruh bagian badannya kaku. Donghae membungkuk, ”Terima kasih sudah menjaga anak-anak…” ucapnya tercekat. ”Mereka berdua suka padamu, Saem…”

”Ah, jinja? Ne, sama-sama Tuan… Lee Donghae?” tebak Nadine kemudian dia mengangguk. ”Anak-anak Tuan sangat manis.”

Donghae tersenyum kecut, lalu memandang Sea dan Sky. ”Aku mau ke kantor dulu, aku sudah bertemu Saem kalian kan?”

”Appa, othe? Apa aku dan Nadine Saem mirip?” tanya Sky.

Donghae menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan diri, lalu tersenyum dan mengacak rambut Sky. ”Iya, mirip… hehehe, kalau begitu Saem, saya permisi dulu…”

”Ah, ye… silakan…”

Nadine menutup pintu kelas dan menghadapi seluruh kelas, kemudian mulai mengajar dan bermain bersama anak-anak tersebut. Tanpa menyadari seseorang terus memerhatikannya.

 

*           *           *

Katanya memang di dunia ini, ada tiga orang berwajah sama persis! Tapi bukankah itu hanyalah khayalan belaka! Donghae menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mungkin ada kejadian seperti ini! Terlalu mirip! Bahkan bukan mirip lagi, garis lekuk wajahnya… warna matanya, dan SUARANYA sama.

Nadine? Apakah namanya Nadine Lee? Pikir Donghae, Donghae berbalik dan mencari ruangan kepala sekolah. ”Annyeonghaseyo, Sunsangnim…”

”Annyeonghaseyo, Donghae-ssi…” Kepala Sekolah, yang merupakan wanita paruh baya itu terkejut di ruangannya. ”Ada yang bisa saya bantu, Donghae-ssi?”

Donghae duduk di hadapan Kepala Sekolah. ”Sunsangnim… ada yang ingin saya tanyakan, kepada Sunsangnim…”

”Boleh, silakan, Donghae-ssi… ada apa?”

”Tentang riwayat hidup guru anak-anak…”

”Nadine Saem, kan? Donghae-ssi tidak jadi bertemu dengannya?”

”Jadi, saya sudah bertemu dengannya… tapi saya mau mengetahui latar belakang dirinya…”

Kepala Sekolah tersenyum simpul. ”Berhasil menarik hati anak-anak Anda, dan Anda juga tertarik, Donghae-ssi?”

Donghae tertawa kecil.

”Sayang sekali, Nadine Saem sudah punya suami, Donghae-ssi…”

”Ah, jinjayo?” tanya Donghae terkejut.

Kepala Sekolah mengangguk. ”Suaminya tinggal di luar negeri… Nadine Saem juga tinggal diluar negeri dulunya, Donghae-ssi…”

”Ah…” Donghae mengangguk-angguk. ”Jadi, Nadine Saem memang bernama Nadine? Bukan nama baratnya saja?”

”Oh, ya Donghae-ssi… Nadine Saem hanya memiliki satu nama, kok… Nadine Lee…”

’Kalau kau Aiden, maka namaku Nadine… Nadine kan tidak jauh dari Aiden.’

Donghae tetap terus merasa ada yang janggal tentang gadis bernama Nadine ini. Kemudian Donghae menghela napas dalam-dalam, Kepala Sekolah memerhatikannya. ”Ada yang mengganggu pikiran Anda tentang Nadine Saem, Donghae-ssi?”

”Aniya… hanya saja…” Donghae bingung dia harus bicara atau tidak, tapi kemudian Donghae tersenyum. ”Mungkin anak-anakku sudah kehilangan lama sekali sosok ibu, makanya mereka begitu…”

”Donghae-ssi, Anda khawatir? Anda tidak mau Nadine Saem terlalu dekat dengan mereka?”

”Bukan begitu…” jawab Donghae sambil tersenyum. ”Aku justru senang… baiklah, terima kasih, maaf menganggu waktu Anda, Sunsangnim…”

Setelah dari sekolah anak-anak Donghae memutuskan untuk langsung ke kantornya, sesampainya di kantornya dia menghubungi seseorang yang sangat ingin dia temui untuk ditanyai masalah ini. Tak lama kemudian orang tersebut datang dan duduk di hadapannya.

”Kau kenapa, Donghae-ya?”

Donghae menghela napas dalam-dalam. ”Aku benar-benar bingung harus bicara tentang ini pada siapa lagi! Yang jelas, ini sudah benar-benar sangat menggangguku… Hyuk-ah…”

Eunhyuk, sang sahabat mengangguk.

”Tadi aku ke sekolah anak-anak, dan menunggu untuk bertemu dengan guru mereka, karena cerita-cerita Sea dan Sky tentang guru mereka membuatku selalu penasaran…” Donghae mendesah.

”Lalu?”

”Hyuk-ah…” Donghae menatap lurus mata Eunhyuk. ”Aku akhirnya bertemu dengan guru mereka, dan… ini gila!” teriaknya.

”Apanya yang gila?!” tanya Eunhyuk bingung karena Donghae tiba-tiba berteriak.

Akhirnya kecemasan, kegalauan, dan air mata yang Donghae tahan selama tiga hari ini keluar semua, dia menangis. ”Eunhyuk-ah…” isaknya. ”Guru mereka… guru mereka… Haejin!”

”Mwo?!” pekik Eunhyuk kaget. ”Donghae-ya, jangan bercanda! Bukannya aku… tapi… itu kan tidak mungkin…”

”Justru itu!” teriak Donghae frustasi. ”Sejak hari pertama aku mengantarkan Sea dan Sky ke sekolah mereka, begitu keduanya pulang… keduanya mulai membicarkan hal-hal yang mengingatkanku pada Haejin… guru mereka itu bilang kalau mata si kembar indah… dan cuma guru mereka itu yang bisa tahu kalau si kembar itu kembar!” kalimat Donghae sudah hancur lebur.

Eunhyuk menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan Donghae. ”Oke, sobat… kau tenangkan dirimu… jadi guru anak-anak ini sikapnya mirip Haejin?”

”Ya Tuhan, andai saja cuma sikapnya!” tambah Donghae. ”Ini semuanyaaaaa… matanya, tirus wajahnya, bentuk tubuhnya… bahkan SUARANYA sama!”

”Ini tidak mungkin!” teriak Eunhyuk.

”Potong kupingku jika aku bohong!” balas Donghae panik.

Eunhyuk menatap lekat-lekat wajah sahabatnya yang benar-benar seperti terteror tersebut. ”Tapi, Donghae-ya… tidak mungkin itu Haejin, kan? Dia kan…”

”Ara…” sahut Donghae menutup wajahnya. ”Lima tahun kejadian itu terjadipun… bahkan sampai… si kembar tidak memanggilku Appa… tapi kemudian dia datang… semalam jadi Appa…”

Eunhyuk tahu kalau kegalauan Donghae sudah sampai titik maksimum, Eunhyuk berjalan ke arahnya dan memeluknya. ”Tenanglah, Donghae-ya… tenanglah… dia bukan Haejin, tidak mungkin dia Haejin…”

”Bagaimana kalau justru berharap dia itu Haejin?” tanya Donghae menatap mata Eunhyuk.

Mata Eunhyuk melebar, kemudian dia menepuk pipi Donghae cukup keras. ”Sadar! Dia bukan Haejin! Kembali ke pikiran sehatmu, Donghae-ya…”

”Kau harus lihat dia dengan kepalamu, Eunhyuk-ah…”

Donghae kemudian menarik Eunhyuk keluar dan dibawanya ke mobilnya yang sudah menunggu di bawah. Eunhyuk hanya bisa diam, dia tahu akhirnya, dia melihat sendiri rasa sakit yang diderita Donghae ketika Haejin pergi meninggalkannya. Eunhyuk menghela napas dalam-dalam. Begitukah yang terjadi, ketika orang yang kau cintai pergi, dan tak pernah kembali? Eunhyuk belum pernah mengalaminya, tapi dia yakin rasanya pasti menyakitkan, apalagi bukti konkretnya sudah di depan matanya sendiri.

Mereka tiba di TK Anvield, TK terbaik di Korea Selatan, dengan murid terbanyak, dan pendidikan terbaik. Donghae tidak main-main dengan keputusannya untuk mendidik kedua buah hatinya, terutama setelah kesalahan fatal yang dilakukan Donghae di masa lalu, sehingga membuat Sea dan Sky tidak pernah memanggilnya dengan sebutan Appa sebelum ini! Eunhyuk juga cukup heran, pengaruh apa yang diberikan seorang guru yang katanya mirip dengan Haejin itu kepada si kembar, sehingga mau memanggil Donghae dengan sebutan Appa.

Kebetulan waktu istirahat tiba, anak-anak itu semuanya keluar dari dalam kelas, dan bermain dengan riang di halaman. Donghae melepaskan sabuk pengamannya, dan Eunhyuk mengikutinya.

”Kuharap kau tidak bertindak bodoh saat melihatnya,” gumam Eunhyuk.

”Tidak akan, dia sudah punya suami…” sahut Donghae getir.

”Bagaimana kau tahu?!” tanya Eunhyuk kaget.

Donghae keluar dari dalam mobilnya dan bergumam, ”Aku sudah mencari tahu tentangnya!”

Eunhyuk menyusul keluar dari dalam mobil. ”Donghae-ya… jangan bertindak bodoh! Meski dia mirip dengan Haejin, dia bukan Haejin!” tekan Eunhyuk.

”Kau lihat sendiri orangnya…”

Eunhyuk sudah terpana, Donghae menatapnya heran, kemudian Donghae berbalik, dan hatinya menghangat, tapi berdebar. Eunhyuk melangkah mendekati Donghae yang menatap seorang wanita yang menuruni undakan, dengan semilir angin yang menerbangkan rambut merah gelapnya yang berkibar, kedua tangannya menggandeng masing-masing Sea dan Sky.

”Haejin-ah…” bisik Eunhyuk tidak sadar.

Donghae tersenyum samar melihat wanita itu menggendong Sea ke atas sebuah perosotan, dan Sea meluncur dengan tawa bahagianya. Lalu ganti, Nadine menggendong Sky ke atas perosotan.

”Ini tidak mungkin…” desah Eunhyuk.

”Aku juga bilang apa…” balas Donghae lemah.

”Tapi dia kan bukan Haejin!” seru Eunhyuk lebih kepada dirinya sendiri, bukan pada Donghae.

Donghae tersenyum miris, ”Dia dekat dengan Sea dan Sky, bagaimana mungkin dia begitu dekat dengan anak-anakku?” tanyanya lirih. ”Sea, Sky… aku mau melihat Haejin memeluk mereka seperti itu.”

*           *           *

”Hmm… Appa belum jemput…”

Sea menggigit bibir. ”Appa kemana ya?”

”Bukankah Appa berjanji akan menjemput kita hari ini?” tambah Sky yang juga berdiri di lobi sekolah berdua bersama Sea.

”Sea… Sky… belum pulang?”

”Saem…” sapa keduanya kompak.

”Kenapa belum pulang?” tanya Nadine cemas.

”Appa belum menjemput kami…” keluh Sea dan Sky.

Nadine melirik jam dinding, ”Aigoo… nyaris jam satu, kalian harus tidur siang… ya kan?”

”Hmm…” Sea dan Sky mengangguk identik.

”Semua teman-temannya sudah pulang…” keluh Nadine, kemudian Nadine berjongkok di depan Sea dan Sky. ”Sea… Sky, hapal nomor Appa, tidak?”

”Hapal…”

Nadine mengeluarkan ponselnya kemudian menyerahkannya kepada mereka. ”Ini, telponlah Appa kalian, tanya ada dimana…”

”Yeeey… terima kasih, Saem…”

Sky mengambil ponsel putih dari tangan Nadine, dan menekan tombol-tombol untuk menghubungi Appanya.

”Yeoboseyo…”

”Appa…” kata Sky.

”Ne, Sky… mianhae, ban Appa bocor di jalan, dan mesinnya panas… kalian sudah pulang ya?!”

”Ne…” sahut Sky. ”Kami tinggal berdua saja, Appa…”

”Tunggu ya… Appa akan segera kesana… ini ponsel siapa?”

”Nadine Saem…”

”Oke, kalau begitu tunggu yaaaa…”

”Ne, Appa…” Sky mengembalikan ponselnya kepada Nadine. ”Gomawo, Saem.”

Nadine menyimpan kembali ponselnya, dan melihat Sea sudah menguap. ”Sepertinya Appa kalian akan lama… mau baca buku dulu?”

”Kami kan belum bisa baca, Saem…” sahut Sea.

”Saem yang bacakan, kaja…” Nadine menggandeng mereka ke sudut, dimana terdapat sebuah sofa, dengan lemari penuh buku. Sea dan Sky duduk manis, dan Nadine mengambil sebuah buku bersampul biru, kemudian duduk diantara keduanya. ”Kita mulai ya…”

”Itu cerita apa, Saem?”

”Cerita tentang Swan Princess… kalian tahu Swan?”

”Angsa…” tunjuk Sea.

Nadine mengangguk, ”Ne… pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri…” dan Nadine membacakan cerita itu dengan lembut, tak lama kemudian keduanya tertidur. Sea dan Sky merapat kepada dirinya, Nadine menutup bukunya dan tersenyum kecil. ”Anak-anak ini lucu sekali…”

 

*           *           *

Donghae menutup flip ponselnya, kemudian tersenyum sumringah. ”Rencanaku berhasil!”

”Kau sengaja tidak menjemput si kembar agar Nadine Saem meminjamkan ponselnya kepada Sea dan Sky untuk menelponmu dan kau dapat nomornya?” tanya Eunhyuk tak percaya.

”Aku harus berusaha!”

”Donghae-ya, sadar! Tadi kau bilang Nadine Saem sudah menikah…”

”Aku hanya ingin dekat dengannya…”

”Donghae-ya…”

”Aku tau, Nadine itu bukan Haejin! Tapi kau tau, Hyuk… dulu ketika kami membuat nama barat kami… kau tau kan nama baratku?”

”Aiden Lee…” Eunhyuk memutar bola matanya jengkel.

”Dan tahukah kau nama barat Haejin siapa?”

”Siapa?”

”Nadine Lee… dan nama Nadine Saem itu Nadine Lee!” teriak Donghae.

Eunhyuk menghela napas dalam-dalam dan menggeleng-geleng. ”Memangnya yang boleh punya nama Nadine Lee cuma Haejin?! Donghae-ya, maaf jika aku sudah kasar bicara begini, tapi kembali ke akal sehatmu… Haejin sudah meninggal dalam kecelakaan pesawat di Los Angeles!”

Donghae langsung diam.

”Kau tahu sendiri hal itu, kan? Kau sendiri ke Los Angeles dan menghadiri pemakamannya kan?”

”Ne…” sahut Donghae lemah.

”Nadine Saem, adalah Nadine Saem… dan Lee Haejin, adalah Lee Haejin! Tak ada yang bisa menggantikan Haejin kan dihatimu? Bagaimana mungkin kau tega mengira orang lain sebagai Haejinmu?”

Donghae menyahut. ”Molla…” dia mengambil kunci mobilnya dan segera bergegas ke sekolah si kembar. Dua puluh menit kemudian dia masuk ke lobi, dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling lobi, dan akhirnya menemukan dua malaikat kecilnya tidur bersandar pada Nadine yang sedang membaca buku.

”Nadine-ssi…” panggil Donghae.

Nadine mendongak, dan tersenyum, lalu meletakkan telunjuknya di bibir. ”Donghae-ssi… Sea dan Sky baru tidur…”

”Maaf merepotkan…” Donghae membungkuk sambil tersenyum.

”Gwenchana, Donghae-ssi… jangan dibangunkan, kasihan mereka baru tertidur… digendong saja ya?”

”Ah, yee… tentu saja…” Donghae mendekat dan meraih Sea dalam gendongannya, sementara dilihatnya Nadine menggendong Sky, dan mengikutinya ke mobil. Donghae membuka pintu belakang dan merebahkan Sea di dalamnya, Sky juga direbahkan Nadine melalui sisi pintu satunya.

Donghae tersenyum lagi. ”Terima kasih, Nadine-ssi…”

”Ye, sama-sama, Donghae-ssi…” Nadine membungkuk.

”Nadine-ssi, kalau tidak keberatan… boleh saya antar pulang?”

Nadine tersenyum kecil. ”Tentu… asal tidak merepotkan.” Nadine kemudian ke dalam mengambil tasnya dan masuk ke dalam mobil.

Donghae mulai menjalankan mobilnya, ”Rumahmu dimana, Nadine-ssi?”

”Di apartemen Beika…”

”Oke… kalau begitu lewat sini saja…” Donghae membelokan mobilnya. ”Nadine-ssi sudah punya anak berapa?” pancing Donghae.

Nadine terkekeh. ”Aku belum punya anak, Donghae-ssi…”

”Ah…” Donghae mengangguk-angguk. ”Tapi pasti ada rencana dong untuk punya anak… kan?”

”Semoga… doakan ya, Donghae-ssi…”

Donghae tersenyum simpul, tapi dalam hati merutuk! Kenapa dia tidak memberikan jawaban yang diinginkan oleh Donghae?! Tapi kemudian Donghae tidak menyerah dan terus memancing.

”Suaminya kerja dimana?”

Nadine tersenyum. ”Suamiku bekerja sebagai arsitek di Amerika Serikat… dan dia jarang pulang, aku sudah lama tidak bertemu dengannya, Donghae-ssi…”

”Ah… arsitek?” tanya Donghae kaget.

”Ne…”

”Sama…” Donghae tersenyum kembali memandang jalanan. ”Aku juga arsitek… jadi arsitek memang sibuk…”

Nadine mengangguk, ”Aku paham kok… untuk itulah aku tidak pernah menuntut macam-macam pada dirinya…” kelihatan dari cara Nadine membicarakan suaminya, dia sangat mencintai suaminya.

”Ini, Beika Apartement?”

”Ne…” Nadine mengangguk, dan melepaskan sabuk pengamannya. ”Kamsahamnida, Donghae-ssi… salam untuk si kembar jika mereka bangun nanti…”

”Pasti… kami permisi…” Donghae melajukan mobilnya.

Ini terlalu parah untuk disebut kebetulan, kan? Suami Nadine adalah arsitek juga seperti dia?! Donghae menggelengkan kepalanya.

To Be Continued

8 thoughts on “It’s Fine, Donghae’s Daughter & Son ~Part 2~

  1. dasar ikan asin *tabok* bisa2 nya manfatin si kembar buat ngedapetin no pe nya nadine.
    seneng deh, ma peran donghai ma enhyuk di ff yg ini, donghai ma eunhyuk terlihat dewasa banget trus donghainya terlihat cerdas ga lola, kan jd arsitek wkwkwkwk….

  2. yuuuuuuukkkk maree abang ikan jadi arsitek!! lapak ikannya bangkrut ye bang?? wakakakakaka

    haejin ==> nadine org yg sama or kebetulan doank??

  3. Dongahe pinter ih,,,akal bulusx bkerja dsni,,,!!!hahaha
    dpt nopex de,,,!!!
    Hae g puxa niat bwt ngerebut istrix orng kn,,,???
    jngan dunk Hae,,,ksian suamix tu,,,!!!
    Hae m q aj,,,!!!*plak-plak
    next part,,,lanjut,,,!!!^^

Leave a reply to dongdongchen Cancel reply