Intimate Note Couple ~Part 3~

*Malamnya*

”Baik, sekarang ketujuh pasangan Intimate Note Couple sudah makan malam…” kata Moon Heejun, ”Dan game ketiga akan segera dimulai, sebelumnya para staff telah memberikan kalian nama kelompok… Leeteuk-ssi, silakan…”

”Baik, kelompok pertama… atau pasangan pertama, BeautyCare Couple, Heechul dan Hyeon!” semua bertepuk tangan. ”Pasangan kedua, Turtle Couple… Yesung dan MinGi…” lagi-lagi semua bertepuk tangan diiringi tawa. ”Pasangan ketiga, Petty Couple…”

”Mwoya?!” teriak JooEun dan Eunhyuk tidak terima, sementara yang lainnya tertawa setuju.

”Petty Couple… Choi JooEun dan Lee Hyukjae!” tutup Leeteuk. ”Pasangan keempat, Skinship Couple… Lee Haejin dan Lee Donghae…”

”Woek!” Kyuhyun dan Nara muntah bareng.

”Lalu, pasangan kelima, Mature Couple… Choi Siwon dan Park Ririn…” kata Leeteuk lagi. ”Pasangan keenam… Shoppaholic Couple, Kim Kibum dan Park Ahrin…” semua tertawa dan bertepuk tangan lagi. ”Lalu terakhir, pasangan ketujuh… Evil Couple, Cho Kyuhyun dan Kwan Nara!”

Kali ini tepuk tangan benar-benar membahana.

Game terakhir… adalah game yang akan menentukan siapa Best Couple diantara kalian bertujuh… dan game ini bukan game sembarangan, tapi disini akan diuji, kekompakan dan kesetiaan kalian terhadap pasangan kalian, satu sama lain…” jelas Kim Gura.

Semua mengangguk-angguk.

Game ini disebut… A Love Journey…” kata Leeteuk.

”Kalian akan masuk ke hutan belantara disana…” Kim Gura menunjuk hutan di samping restoran, karena memang restoran itu terletak di pinggir hutan yang memang tidak terlalu besar, namun cukup mengerikan jika malam seperti ini.

Tak ada lagi cengiran di wajah keempatbelas orang tersebut!

”Ya, jangan bercanda!” kata Heechul melotot, sementara Hyeon menatap hutan di sebelahnya dengan pandangan menilai.

”Tidak bercanda… akan kami jelaskan peraturannya…”

 

*Di Pinggir Hutan*

”Jadi peraturannya adalah, kalian berjalan dan akan menemukan tiga pos… kalian akan dibekali sebuah ponsel, kalau berhasil menyelesaikan misi di tiap pos, clue untuk pos selanjutnya akan diberikan melalui ponsel…” terang Leeteuk. ”Siapa yang berhasil menyelesaikan misi dengan waktu tercepat, dialah pemenangnya…”

Ketujuh pasangan di hadapan Leeteuk benar-benar menatap hutan dengan panik, sepanik-paniknya.

”Pasangan pertama, BeutyCare Couple… Heechul dan Hyeonie…” kata Leeteuk.

Semua bertepuk tangan.

”Oppa, hwaiting… Hyeonie, hwaiting!” kata cewek-cewek, sementara pacar mereka menatap Heechul prihatin.

Heechul dan Hyeon mengangguk, kemudian masuk ke dalam hutan berdua, Hyeon memegang ujung cardigan Heechul dan mengikutinya ke dalam hutan. Perlahan-lahan keadaan hutan semakin gelap, jalan setapak semakin sempit, dan pepohonan semakin rapat.

”Oppa…” kata Hyeon sambil terus membuntuti Heechul, suaranya mulai gemetaran. ”Oppa, kau tidak takut?”

”Ngapain takut?!” tanya Heechul mendesis. ”Ini gelap sekali, jinja! Kalau kita sudah kelewatan posnya bagaimana ya?”

Hyeon memandang berkeliling tapi yang dia lihat hanya kegelapan. ”Oppa, aku takuuut… kayaknya ada yang mengikuti kita.”

”Pasti ada kamera inframerah disini, untuk menangkap gambar kita! Jangan tunjukan wajah yang ingin mereka dapatkan Hyeonie, nanti mereka tau kau ketakutan!” desis Heechul.

Hyeon terus merapat, tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu dan dia langsung menjerit ketika kakinya terasa terikat, dan badannya kemudian ditarik, Hyeon terseret di tanah. ”OPPA!” teriaknya.

”HYEONIE, WAEYO?!” pekik Heechul kaget melihat Hyeon yang nyaris terbawa tarikan tali tersebut, dengan sigap Heechul menahan tangan Hyeon. ”Hyeonie… wae? Wae?”

”Oppa… ada yang menarik kakiku… Oppa… tolong!” Hyeon bercucuran air mata ketakutan.

Heechul menarik tubuh Hyeon ke dalam pelukannya dengan kuat, dan melihat seutas tali mengikat pergelangan kaki Hyeon, langsung saja dibukanya ikatan tali tersebut dan dibantunya Hyeon yang masih menangis berdiri.

”Oppa… ini menakutkan!” kata Hyeon ketakutan sambil menangis.

”Gwenchana, gwenchana… itu rencana mereka, Hyeonie…” Heechul menepuk-nepuk kepala Hyeon. ”Ayo kita jalan lagi, kau di depan sekarang…” Heechul membawa Hyeon di hadapannya dan mereka berjalan, hingga ponsel yang dibawa Heechul bergetar.

Keduanya berhenti di tengah dan membaca pesannya. ”Pecahkan kode yang tertempel di Pohon, setelah berhasil… akan ada sebuah jaket yang turun, barulah kalian boleh bergerak ke pos kedua…

”Pohon… pohon… Hyeonie, kau disitu saja… aku mau cari pohonnya…” dengan bantuan sinar ponsel akhirnya Heechul melihat sebuah papan dengan banyak simbol-simbol.

Hyeon menunggu sambil memandang ke kanan-kiri, dia masih ketakutan karena kejadian sebelumnya, lututnya lecet.

”Hyeonie, nawa…” panggil Heechul.

Pelan-pelan Hyeon mendekati Heechul dan memandang papan tersebut, ”Ini tulisan apa?”

”Mwoya?” tanya Hyeon memandang simbol-simbol aneh tersebut. ”Aigo, aku tidak mengerti yang seperti ini… apa maksudnya ya? Aaah, ini seperti tulisan yang dipatah-patah, Oppa…”

”Kau mengerti?”

”Aku coba… kalau yang ini, kita taruh disini… akan menjadi tulisan Tell Me…” kata Hyeon, yang praktis membuat Heechul langsung menggerakan pinggulnya dengan gerakan tari Tell Me – Wonder Girls. Hyeon tertawa, ”Tapi… disini masih ada titik-titik lagi…”

Tiba-tiba sebuah bungkusan jatuh di atas mereka, membuat Hyeon menjerit lagi karena kaget.

”Ah, berarti tulisan itu memang Tell Me… ini jaketnya!” Heechul mengeluarkan jaket dari dalam kantong tersebut. Ponsel berdering lagi dan Heechul membacanya, ”Gunakan jaket itu, pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…

”Nih, pakai…” Heechul memberi Hyeon jaketnya, ”Kau jalan di sebelah kananku berarti…”

Hyeon masih menggamit cardigan Heechul sambil berjalan lurus di jalan setapak menuju pos dua. Di tengah perjalanan tiba-tiba sebuah ember besar menjatuhkan air ke atas kepala Heechul, sehingga Kim Heechul yang cantik itu basah kuyup dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya, dan Hyeon shock memandangi kekasihnya yang basah kuyup.

”Oppa…”

”Ige mwoya?!” teriak Heechul.

Hyeon langsung melepaskan jaketnya, ”Pantas saja yang memakai jaket disuruh di sebelah kanan, ternyata yang disebelah kiri akan diguyur… jad inilah guna jaket tersebut, Oppa…”

Heechul memakai jaketnya dengan kesal, kemudian ponselnya berbunyi, yang untungnya tidak terkena basahan. ”Lanjutkan tulisan dari pos satu, dan begitu membentuk sebuah kalimat… selesaikan perintah kalimat itu…

”Tell Me…” kata Hyeon, kemudian mencari-cari dengan sinar ponsel. ”Nah, itu ada papan lagi…”

”Tell Me… itu apa?”

Hyeon memandang tulisan itu. ”Ini mudah… Tell Me… What’s your first impression of each other, and why you love each other?!” pekik Hyeon.

”Aigooo…” kata Heechul.

Hyeon memandang Heechul sambil tertawa. ”Kita harus menjelaskan kesan pertama, dan kenapa kita… saling mencintai?”

”Di depan umum?!” pekik Heechul.

”Sepertinya… kan kalau tidak kita tidak bisa ke pos berikutnya, Oppa…”

Heechul terkekeh, ”Ne… ne… arasseo, kita selesaikan semua ini secepatnya! Oke, Hyeonie… apa kesan pertamamu padaku?!”

”Kesan pertamaku pada Oppa… Oppa galak!” lalu Hyeon tertawa terbahak-bahak. Dan Heechul menatapnya tidak percaya. ”Tapi lama kelamaan mengenal Oppa, Oppa orang yang baik…”

Heechul tersenyum, ”Kesan pertamaku pada seorang Hyeonie… kau itu gadis yang tidak bisa diam, dan bawel!” Hyeon ganti yang menunduk. ”Tapi yaa… lama kelamaan aku tahu kau cocok untukku… untung ini gelap, jadi kau tidak usah lihat betapa merahnya wajahku…”

Hyeon tertawa.

”Lalu kenapa kau cinta padaku?!” tanya Heechul pada Hyeon.

Hyeon berpikir, ”Karena apa ya? Ya karena Oppa adalah 1 namja diantara jutaan namja… aku tidak suka pria biasa, aku suka pria yang bisa membuatku suka… dan ya Oppa doang yang bisa!”

Heechul tertawa. ”Kalau begitu, aku cinta padamu, karena cuma kau yang bisa menerimaku apa adanya. Segala sifatku, kekuranganku, kelebihanku… dan sifatku yang orang anggap aneh, hanya kau yang bisa menerimanya.”

Hyeon nyaris menangis terharu. Tapi kemudian dibelakang keduanya masing-masing muncul algojo dengan pakaian hitam, badan mereka besar-besar. Satunya menahan Heechul, dan satunya menarik Hyeon mundur.

”Oppa! Oppa!” jerit Hyeon ketakutan.

Heechul berusaha keras melepaskan belitan algojo tersebut tapi tidak bisa, badannya terlalu kurus, tapi algojo itu terlalu besar. ”HYEONIE! YA… APA YANG MAU KAU LAKUKAN PADANYA?!” teriak Heechul emosi, saat orang itu menekap mulut Hyeon dengan sapu tangan, kemudian Hyeon lemas jatuh ke bawah, dan algojo itu menghilang.

”YA! MAU KEMANA KAU?! KAU APAKAN PACARKU?!” teriak Heechul, algojo di belakangnya melepaskannya juga, dan menghilang Heechul mau mengejar, tapi Hyeon sudah lemas berbaring di bawah.

Heechul menghampiri Hyeon yang pingsan, kemudian ponselnya berbunyi. ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat setelah masuk ke dalam gedung tua, dan mengambil sebuah kotak berwarna pink.”

Heechul kemudian menggendong Hyeon yang pingsan di punggungnya, dan menemukan gedung tua yang tidak jauh dari situ, dia masuk ke dalamnya dan mengedarkan pandangan. Ternyata kotak pink tersebut tidak susah di cari, terletak di tengah-tengah ruangan. Diambilnya kotak pink tersebut, dan dia berjalan keluar, dan menemukan banyak cahaya.

 

*Pinggir Hutan*

”Kim Heechul’s Mission, completed!” teriak seseorang dari dalam hutan. Yang di pinggir hutan bertepuk tangan heboh dan kagum.

”Kalau begitu pasangan kedua siap, ya…”

”Yesung Oppa, MinGi-ya… hwaiting!”

Yesung dan MinGi siap di pinggir hutan, ketika Leeteuk memberi aba-aba keduanya berjalan masuk ke dalam hutan. MinGi kelihatan ketakutan, wajahnya pucat, tangannya dingin, akhirnya Yesung menggandengnya.

”Gwenchana… tak akan ada apa-apa, Sayang… percaya kan?” tanyanya, MinGi mengangguk.

Yesung merangkul MinGi sambil terus berjalan. MinGi masih ketakutan, sementara Yesung konsentrasi terus ke depan, sampai kemudian MinGi merasa menginjak sesuatu yang lunak, dan kakinya langsung ditarik, belum sempat MinGi jatuh, Yesung sudah mengangkapnya.

”Oppa… kakiku… kakiku…” rengek MinGi.

Yesung menginjak-injak belakang kaki MinGi, tapi MinGi semakin tertarik ke belakang. ”Oppa!” MinGi mengeratkan pelukannya, dan ketakutan akan seretan tali tersebut. ”Ada yang memegang kakiku‼!”

”Tapi gak ada apa-apa, Sayang…” jawab Yesung sambil terus menarik tubuh MinGi.

”Oppa! Aku tidak mau mati‼!”

”Tidak! Kau tidak akan kubiarkan mati… Sayang, peluk aku erat-erat… aku akan lihat apa yang membuat kakimu tertarik!”

MinGi terus menangis sambil mengeratkan pelukannya, Yesung menoleh ke bawah, dan melihat tali yang menarik pergelangan kaki MinGi.

”Sayang, itu tali… bukan tangan… sebentar ya…” Yesung membungkuk, dan MinGi memegang erat jaket Yesung. Yesung melepaskan perlahan belitan tali yang mengikat pergelangan kaki MinGi.

MinGi kemudian menghela napas lega. Yesung mencubit pipi kekasihnya gemas, dan menggandengnya maju lagi, ketika ponselnya bergetar. Yesung membuka ponselnya dan membaca. ”Pecahkan kode yang tertempel di Pohon, setelah berhasil… akan ada sebuah jaket yang turun, barulah kalian boleh bergerak ke pos kedua…

”Kode?!” tanya Yesung sambil mendongak.

”Aku nggak ngerti kode-kodean, Oppa…” rengek MinGi.

Yesung menepuk kepala MinGi pelan, kemudian memandang berkeliling. ”Dimana kodenya? Pohon kan banyak…”

”Oppa… pohonnya tinggi-tinggi, bagaimana kalau kita tidak bisa membacanya karena terlalu tinggi?” tanya MinGi khawatir.

”Iya, atau jangan-jangan kita disuruh manjat?”

MinGi menggeleng. ”Jangan manjat… nanti Oppa jatuuuuuhh…”

Yesung memeluk MinGi. ”Tidaaaak… ayo kita harus keluar dari sini, tapi pohonnya mana ya? Ah… itu!” Yesung melihat papan putih berisi simbol-simbol yang mudah sekali di pecahkan. ”Tell Me…” katanya.

”Tell me?” tanya MinGi heran. ”Tell you…”

Lalu ada bungkusan jatuh yang membuat Yesung dan MinGi melonjak, tapi Yesung langsung mengambil bungkusan itu.

”Oppa… jangan dibuka, kalau ular bagaimana?!” pekik MinGi.

”Ani… sepertinya ini jaketnya…”

”Ah, jinja?!” mata MinGi membulat, dan benar saja Yesung membuka bungkusannya dan melihat sebuah jaket.

MinGi melihat warna jaketnya, ”Ah hijau… Oppa yang pakai ya, Oppa selalu terlihat tampan kalau memakai warna hijau!” puji MinGi.

”Jinja? Kalau begitu kau pakai jaketku yang ini…” Yesung melepaskan jaketnya, dan memakaikan MinGi, kemudian dia memakai jaket yang jatuh tadi. Ponsel berdering lagi, Yesung membaca pesannya. ”Gunakan jaket itu, pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…

”Berarti aku berdiri disini…” Yesung berdiri di sebelah kanan MinGi, kemudian menggandengnya berjalan ketika tiba-tiba, lagi-lagi sebuah ember raksasa menuangkan air ke atas tubuh MinGi.

”Oppa…” rengek MinGi panik.

Yesung terpana mendapati kekasihnya basah kuyup, ”Ini jebakan!” Yesung kemudian melepaskan jaketnya. ”Aigooo… Sayang pasti kedinginan, ini… ini… pakai.” Yesung menyerahkan jaketnya.

”Jaket Oppa basah…”

”Gwenchana, sudah tidak apa-apa…” kemudian ponsel berbunyi lagi, Yesung buru-buru membukanya. ”Lanjutkan tulisan dari pos satu… dan begitu membentuk sebuah kalimat, selesaikan perintah kalimat itu…

MinGi sambil menggigil berkata. ”Berarti disini ada tulisan lagi…”

”Itu…” tunjuk Yesung pada papan putih yang ditempel di sebuah pohon kokoh. Keduanya mendekati pohon tersebut dan membaca tulisan yang dibuat acak-acakan tersebut.

Tell me your first impression of each other, and why you love each other?

”Hueeee…” MinGi langsung menutup wajahnya malu, sementara Yesung tertawa terbahak-bahak.

Yesung menggaruk kepalanya malu-malu. ”Tapi aku juga penasaran…” katanya MinGi. ”Apa kesan pertamamu padaku, Sayang?”

”Oppa… suara Oppa baguuuuus sekali…” kata MinGi sambil menutup wajahnya.

”Sudah hanya itu?! Tidak tampan?!” tanya Yesung.

MinGi terkikik. ”Oppa… kalau kita sudah suka pada seseorang, orang itu pasti akan kita bilang tampan, bagaimanapun orang menganggapnya aneh.”

”Ya!” protes Yesung, tapi tak urung membuat wajahnya memerah. ”Arasseo… kalau kesan pertamaku padamu… kau lucu sekali! Pipimu, matamu… semuanya menunjukkan kelembutan! Apalagi waktu kau mengelus cangkang Ddangkoma, aku nyaris mati cemburu! Kau begitu lembut padanya…”

Keduanya tertawa sambil menutup wajah masing-masing.

”Lalu… kenapa kau cinta padaku, MinGi-ya?” tanya Yesung penasaran.

MinGi tersenyum malu. ”Apa ya? Cuma Oppa yang bisa membuatku jatuh cinta rasanya…”

Yesung menutup wajahnya malu. ”Aigooo… gomawo, Sayang… kalau yang membuatku jatuh cinta padamu. Karena kau bisa menerimaku, selalu mendukungku, dan tidak pernah lelah mendampingiku…”

Keduanya cekikikan, tapi tidak lama ketika dua algojo kembali muncul. Mendekap Yesung dan MinGi.

”OPPA! OPPA… TOLONG, AKU TAKUUUUUT!” jerit MinGi ketakutan.

Yesung berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman algojo yang membelitnya, tapi sia-sia, dilihatnya algojo yang mendekap MinGi yang menangis ketakutan membekapnya.

”Ya! Apa yang kau lakukan?! Jangan keterlaluan!” teriak Yesung, tapi MinGi sudah lemas. Dan algojo itu pergi, begitu pula yang membekapnya. Yesung langsung berlari meraih tubuh mungil MinGi yang pingsan.

Ponselnya berdering. Yesung membukanya lagi, ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat, sebelumnya masuk ke dalam gedung tua dan ambillah kotak berwarna pink…

Yesung menggendong tubuh MinGi yang lemas dipunggungnya dan dibawanya ke dalam gedung tua tersebut, dilihatnya kotak pink tersebut dan diambilnya. Barulah dia keluar dan menemui staff yang membawanya menuju tempat terang, tanda sudah finish.

 

*JooEun & Eunhyuk*

Eunhyuk dan JooEun berjalan berdempetan begitu sudah mulai memasuki hutan. Dalam perjalanan, kaki JooEun dijerat oleh tali yang telah menjerat Hyeon dan MinGi tadi. JooEun jatuh terseret mundur sambil menjerit.

”Ya! Ige mwoya?!” pekik Eunhyuk sambil menangkap tangan JooEun.

JooEun memekik, ”Kakiku! Ada yang menarik kakiku, Hyukie! Palli…”

Eunhyuk menarik JooEun berdiri dan menemukan tali, kemudian dilepaskannya tali itu buru-buru. ”Siapa yang menaruh mainan seperti ini ditengah hutan belantara seperti ini?!”

”Molla…” JooEun membersihkan lututnya.

Eunhyuk membantu JooEun membersihkan lututnya. ”Gila, banyak jebakannya sepertinya!” kemudian ponselnya berbunyi, Eunhyuk dan JooEun sama-sama membaca tulisan yang dikirimkan staf pada mereka, ”Pecahkan kode yang tertempel di Pohon, setelah berhasil… akan ada sebuah jaket yang turun, barulah kalian boleh bergerak ke pos kedua…

JooEun mendongak, ”Berarti disini sudah pos pertama ya? Pohon yang mana ya?” JooEun mencari-cari. ”Ah, itu!”

”Mana?!” Eunhyuk menyipitkan matanya mencari-cari.

”Ituuuu…” ujar JooEun tak sabar.

Eunhyuk mengangguk. ”Apa itu bacaannya?! Tell… me?”

”Tell me… tell me… MAMA!” teriak JooEun kaget ketika bungkusan jatuh dari langit, dan meloncat ke pelukan Eunhyuk.

Eunhyuk memandang bungkusan yang jatuh. ”Huahahaha…” dia tertawa. ”Itu jaketnya, JooEun sayang…”

”Ah jinja?! Horee… jaket gratis!” gumam JooEun.

Eunhyuk membuka bungkusannya dan langsung menyuruh JooEun memakai jaketnya, ketika ponselnya berdering lagi. ”Gunakan jaket itu pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…”

”Kalau begitu kau berdiri di sebelah kanan…” kata Eunhyuk, kemudian mereka berdua berjalan beriringan, di jalan setapak, dan sebuah ember yang disangkutkan di atas pohon kembali memakan korban.

Eunhyuk basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki.

”Ya! Apa yang terjadi?!” pekik JooEun panik sambil menoleh ke atas. ”Aigo! Buang-buang air seperti itu… tidak tahukah mereka bayar ledeng sekarang mahal?! Ckckckckck, Hyukkie… gwenchana?”

Eunhyuk mengangguk. ”Tidak terlalu basah semua sih… untung ponselnya ditaruh di kantong celana…”

”Ini… ini, pakai jaket biar hangat…” JooEun melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Eunhyuk.

Ponsel berdering lagi, ”Lanjutkan tulisan dari pos satu, dan begitu membentuk sebuah kalimat… selesaikan perintah kalimat itu!”

”Ini sudah di pos 2?” tanya JooEun heran, dan memandang berkeliling lagi. ”Ah! Itu dia, papannya…”

Eunhyuk menyipitkan mata lagi sambil terus merinding karena kedinginan. ”Itu tulisannya apa?”

”Tadi di pos satu tell me… dan sekarang Tell me your first impression of each other, and why you love each other?” tanya JooEun sambil tertawa, dan memandang Eunhyuk. ”Omona…”

Eunhyuk masih datar. ”Artinya?”

JooEun menghela napas dalam-dalam, dia sakit hati! Sudah tertawa dari tadi, eh subjek yang diajaknya tertawa tidak mengerti artinya ternyata. ”Begini ya, Lee Hyukjae, artinya kita harus saling memberitahu satu sama lain… tentang kesan pertama kita, dan kenapa kita berdua saling mencintai!” jelas JooEun.

”Lho, kenapa harus begitu?!”

”Karena tugasnya begitu… artinya begitu…”

”Tidak salah arti kan?”

”Aiya! Kau ini sudah bodoh, meragukanku pula…”

Eunhyuk terkekeh dan mencubit pelan pipi JooEun, ”Aniya, JooEun-ah… aku selalu percaya pada intelektualitasmu, kok… itulah kenapa aku jatuh cinta padamu!” *author muntah ngetiknya*.

Wajah JooEun memerah. ”Arasseo, jadi apa kesan pertamamu padaku?”

”Kau pintar, Jagi… waktu itu aku sedang melihatmu membela seorang anak kecil yang dituduh mencuri oleh bapak-bapak pervert… dan kau membelanya dengan menunjukkan bukti-bukti yang ada!” ujar Eunhyuk kagum.

JooEun semakin malu, ”Jinja?! Kau melihatku saat itu?” Eunhyuk mengangguk. ”Kesan pertamaku padamu adalah, kau yadong…”

”Ne?!” pekik Eunhyuk protes. ”Kenapa kesan pertamaku jelek sekali?!”

”Aku kan menonton reality show yang 3 Colors of Women itu… dan dari situ aku baru hapal namamu, Jagi…”

Eunhyuk menunduk pasrah. ”Hah… sudahlah, kalau begitu kenapa kau cinta padaku?”

”Kenapa kau duluan yang bertanya?”

”Ya karena aku mau dengaaaaaaar…” ujar Eunhyuk bahagia.

JooEun mengangguk, ”Aku cinta padamu itu, karena kau… lucu! Kalau orang berkata kau tampan, ya kau tampan… tapi rasanya semua orang sudah mengatakannya jadi kalau aku bicara, kau tidak akan merasa spesial… aaah, aku juga bingung, semua orang sudah bicara semua hal positif tentangmu… tapi kau spesial dalam caramu, di mataku.”

Eunhyuk memeluk JooEun, ”Gomawo, Jagi… gomawo mau menerimaku yang bodoh ini, sementara kau pintar… aku jatuh cinta karena kau adalah gadis pintar yang mau menerimaku yang banyak kekurangan ini.”

”Aniyo…” geleng JooEun dengan air mata menggenang, tapi bibirnya terus tersenyum, ketika sepasang lengan kokoh melingkarinya. Algojo itu muncul. ”EUNHYUK-AH!” teriaknya refleks.

Baru Eunhyuk mau menyambarnya, dia juga sudah ditahan oleh algojo berbadan besar disana. Algojo yang menahan Eunhyuk kelihatan kewalahan, Eunhyuk betul-betul berusaha melawan sekuat tenaga, dia sampai berteriak-teriak, untuk meraih JooEun, yang kemudian dipingsankan.

”JooEun-ah!” Eunhyuk menendang perut algojo tersebut, hingga algojo tersebut berlari pergi, kesakitan. Eunhyuk langsung berlari menghampiri JooEun, yang sudah pingsan tentunya, kemudian berusaha membangunkannya, wajahnya panik, ketika ponselnya berbunyi. ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat, sebelumnya masuk ke dalam gedung tua dan ambillah kotak berwarna pink…

Eunhyuk menghela napas dalam-dalam dan menggendong JooEun perlahan-lahan, membawanya dengan hati-hati ke gedung kosong tersebut, lalu mengambil kotak yang terletak di tengah ruangan dan Eunhyuk finish.

 

*Donghae & Haejin*

”Eunhyuk berhasil finish, sekarang giliran Donghae-ssi, dan Haejin-ssi… wajah keduanya sudah pucat!”

Keduanya cuma senyum lemah, tangan keduanya bertautan, sama-sama dingin. Kemudian setelah Leeteuk memberi aba-aba, barulah keduanya masuk ke dalam hutan dengan posisi canggung. Semua orang tahu Super Junior Donghae penakut, kan? Buktinya ada di Mystery 6. Haejin itu, sebelas-duabelas dengan Donghae. Gampang pingsan, penakut, sering kesurupan. *author curhat sambil sedih, based on true story*

Begitu sudah berada di dalam hutan, Donghae yang penakut, ditambah Haejin yang juga penakut, sama sekali nggak bisa buka suara. Keduanya cuma bergandengan, dengan posisi Haejin agak di belakang, dan Donghae sedikit melindungi, biar bagaimanapun dialah pria!

”Jagi! Jagi! Jagi! Jagi!” pekik Haejin ketakutan. ”Kakiku… ada yang bergerak di kakiku! Tuhaaan, aku takut ulaaaaaar…” Haejin merasakan kakinya dilingkari sesuatu dan dia langsung mencengkram tangan Donghae kuat.

Donghae berbalik dna menoleh ke bawah, tepat ketika tali tersebut ditarik dari belakang dan Haejin menjerit nyaring kehilangan keseimbangan, Donghae refleks mengalungkan lengannya di pinggul Haejin, dan keduanya jatuh ke bawah, dengan posisi Haejin diatas tubuh Donghae.

Donghae baru mau bicara, Haejin sudah menangis histeris ketakutan, dan memeluknya erat-erat. ”Kakiku… aku belum mau mati… aku belum mau mati… Tuhaaaan, ini berlebihan!”

Donghae bangkit, tanpa melepaskan pelukan Haejin dan melirik ke kakinya, dia menghela napas lega. ”Jagiya… itu tali, Sayang… kita cuma dikerjai!” perlahan-lahan ditariknya kaki gadis yang menangis itu, dan diurainya talinya, ponsel berbunyi. ”Pecahkan kode yang tertempel di Pohon, setelah berhasil… akan ada sebuah jaket yang turun, barulah kalian boleh bergerak ke pos kedua…

”Pohon? Pohon?” Donghae menarik Haejin berdiri, Haejin mengusap-usap air matanya kemudian terus menunduk, dan figurnya berlindung dibelakang tubuh Donghae.

Donghae melirik pohon dengan papan putih tersebut, setelah berpikir lama, dengan Haejin yang masih menunduk ketakutan, tidak bisa diharapkan, barulah Donghae berkata, ”Tell me?” tanyanya, dan Haejin menjerit lagi ketika ada sebuah kantong plastik jatuh.

”Berarti kita benar… ini kantungnya, isinya jaket…”

Ponsel berdering, keduanya melihat isinya. ”Gunakan jaket itu pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…”

”Pakai…” kata Donghae, Haejin menggeleng.

”Panas…” katanya.

Donghae membelalak. ”Panas?! Ini dingin, Haejin-ah… pakaianmu itu panjang tapi tipis!”

”Gak mau! Kau saja ah…” kata Haejin bandel.

Akhirnya Donghae yang memakainya, kemudian keduanya bergandengan tangan lagi berjalan di jalan setapak, dan lagi-lagi ember yang sudah memakan korban itu, menuangkan airnya ke atas tubuh Haejin. Haejin megap-megap mengambil napas, dan memandang ke atas.

”Acara ini mau membunuhku! PD-Nimnya pasti ELFISH!” kata Haejin histeris. Donghae tertawa terbahak-bahak.

Donghae melepaskan jaketnya, ”Ini, pakai! Bajumu jadi transparan!” katanya galak.

”Ne…” Haejin memakai jaket, dan ponsel berdering lagi. Lagi-lagi keduanya melihat isi pesan tersebut. ”Lanjutkan tulisan dari pos satu, dan begitu membentuk sebuah kalimat… selesaikan perintah kalimat itu!”

Donghae mendongak dan mencari-cari diantara pohon-pohon. ”Itu dia… woaaaah, ini kalimatnya bahasa Inggris…” Donghae mendekati pohon tersebut.

”JAGI, JANGAN DITINGGAL! AKU TAKUUUUT…” jerit Haejin. Donghae berbalik dan langsung merangkulnya, dan dibawanya Haejin ke arah pohon dengan papan berisi deretan kata yang diacak tersebut.

Keduanya memandang papan.

Tell me your first impression of each other, and why you love each other?” kata Haejin pelan.

Donghae berbisik. ”You’re like a queen and beautiful I just can’t be without you girl…

Haejin mencium pipi Donghae. ”Gomawoooo…”

Donghae langsung memeluk Haejin dari belakang, dan diletakkannya kepalanya di bahu Haejin, tak peduli kekasihnya itu basah kuyup, dan bisa membuat bajunya basah juga, yang penting saat keduanya berdekatan seperti ini, rasanya hangat.

”Keurom… apa kesan pertamamu untukku?” tanya Donghae sambil berbisik di telinga Haejin.

Haejin tersenyum kecil. ”Biasa saja!”

”Ya!” Donghae langsung melepas pelukannya, Haejin terkikik, tapi kemudian Donghae memeluknya lagi. ”Kok biasa saja sih?!” keluhnya.

”Waktu pertama lihat ya cuma berkata, oh tampan… tapi ya biasa saja…” Haejin meneruskan. ”Memang kesan pertamamu padaku, apa?”

Donghae tersenyum kecil. ”Yeppeo…”

”Ya sudah, sama kan kalau begitu!” kikik Haejin.

Donghae tersenyum lalu berkata lagi. ”Lalu, kenapa kau cinta padaku? Lee Haejin-ssi… sementara menurut banyak teman-teman JYP, kau begitu cintaaaaaaaaaaaa pada Ok Taecyeon…” ujarnya sinis.

”Harus ada alasan ya kalau jatuh cinta itu?” tanya Haejin sambi mengedip. ”Aku cinta padamu, karena tepukan mautmu di MV Supergirl.”

”Hee?!” Donghae membelalak. ”Tepukan maut?”

Haejin meniru tepukan di awal MV Supergirl tersebut. Barulah Donghae tertawa, ”Cuma gara-gara itu?!”

”Ya nggak juga,” sahut Haejin santai. ”Waktu kau mulai mendekatiku, kau overprotektif padaku, kau cengeng… semua yang ada padamu itu membuatku sukaaaa…” desah Haejin pusing.

Langsung saja Donghae melumat bibir Haejin, Haejin melepasnya. ”Ya! Ini direkam, Jagiya…”

”Biar sajaaaa… imej kita sudah terlalu hot!” kata Donghae nakal.

”Kalau kau sendiri, kenapa?”

Donghae berpikir. ”Aku juga bingung kenapa! Kau keras kepala, kau sangat jaim padaku, kau selalu membuatku terus mengejarmu… dan rasanya kita memang ditakdirkan bersama iya, kan?” tanyanya yakin.

”Semoga… amin.” Sahut Haejin.

”Cium lagi ya?”

”Tidak mau! Ini direkaaaaaaam!” sahut Haejin malu.

”Lima menit deh…”

”Mwoya?!”

”Dua menit, dua menit…” tawar Donghae.

Haejin geleng-geleng.

”Lima belas detik…” belum sempat Haejin menyahut, Donghae sudah menempelkan bibirnya lagi di bibir gadis itu, dan saat keduanya berciuman, algojo muncul di belakang keduanya dan memisahkan mereka paksa.

Benar-benar seperti adegan film.

Donghae meronta, tapi langsung lemas melihat Haejin dibekap, dan kehilangan kesadaran. Kedua algojo tersebut pergi, dan Donghae menghampiri kekasihnya yang pingsan.

”Haejin-ah, Haejin-ah…” Donghae menepuk pipinya perlahan, dan pesan masuk. Donghae membukanya panik. ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat, sebelumnya masuk ke dalam gedung tua dan ambillah kotak berwarna pink…” Donghae menggendong Haejin bridestyle, dan pergi masuk ke gedung tua. Mengambil sebuah kotak dan akhirnya menemukan garis finish beserta lampu-lampu sorot yang menerangi malam.

*Siwon & Ririn*

”Silakan…” tunjuk Leeteuk ke arah hutan.

Siwon membungkuk hormat dan menggandeng Ririn masuk ke dalam hutan, Ririn bukan gadis yang penakut. Tapi jelas, Ririn benci dikagetin! Jadilah dia waspada, dengan menarik jaket Siwon, dan Siwon berjalan tenang sambil terus berkata. ”Tuhan akan melindungi kita…” ==”

Ketika hening, keduanya terus berjalan, tali tersebut mulai makan korban lagi, pergelangan kaki Ririn pun masuk perangkap. Ririn langsung menjerit, dan tali tersebut menariknya, hingga ia tersungkur, Siwon sigap, langsung menarik Ririn agar tidak jadi jatuh.

”Tali! Ada yang ikat aku, Hubby…” cicit Ririn.

Siwon dengan gerakan satu tangan sudah berhasil melepaskan tali yang mengikat pergelangan kaki kiri Ririn, Ririn menepuk-nepuk dadanya, karena kaget. Siwon menepuk-nepuk kepala pacarnya penuh sayang. ”Gwenchana, kita cuma dikerjain kok…”

Ririn mengangguk, dan makin menempel dengan Siwon, karena takut dikageti secara tiba-tiba lagi. Ponsel berdering, Siwon membukanya, ”Pecahkan kode yang tertempel di Pohon, setelah berhasil… akan ada sebuah jaket yang turun, barulah kalian boleh bergerak ke pos kedua…

Keduanya mendongak.

”Pohon? Pohon?” Ririn mulai mencari-cari.

Siwon mengedarkan pandangannya ke pohon-pohon, ”Baby, itu ada papan putih di pohon…”

Ririn menyipitkan matanya. ”Ah, bahta! Itu tulisannya… diacak, L… E… T… E… M… L…”

”Dua kata… bahasa Inggris,” Siwon membaca petunjuknya.

”Tell me, kah?” tanya Ririn menebak, dan kantong berisi jaket jatuh.

Bisa dibayangkan betapa kagetnya Ririn, yang refleks langsung bersembunyi di balik punggung Siwon. Siwon terkekeh lagi, ponsel berbunyi lagi, ”Gunakan jaket itu pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…”

”Itu jaketnya, Baby… ini pakai…” Siwon langsung memakaikan jaketnya pada Ririn yang nyaris mati lemas karena ketakutan.

”Aku bisa mati berdiri kalau begini terus…”

”Nggak…” kekeh Siwon. ”Ayo jalan…” Ririn berjalan di sebelah kanan Siwon, mereka masih bergandengan tangan berdua. Dan seperti lima pasangan yang sudah-sudah, Choi Siwon terkena guyuran air, dan membuat Ririn menjerit dan meloncat, tanpa melepaskan pegangan tangannya.

Pangeran kebasahan! Ririn nyaris duduk lemas, ”Aigoooo, kenapa banyak sekali hal mengagetkan! Ini fungsi jaketnya dipakai oleh orang di sebelah kanan ya, Hubby?” tanya Ririn melepaskan jaketnya.

Siwon memakai jaketnya. ”Ini namanya ujian kesetian, Baby… melihatmu melepaskan jaket untukku, aigooo…”

Ririn cekikikan. Ponsel kembali berdering, ”Lanjutkan tulisan dari pos satu, dan begitu membentuk sebuah kalimat… selesaikan perintah kalimat itu!”

”Cari pohon lagi…” keduanya langsung memicingkan mata mereka dan mencari-cari.

”Ah, ini seperti soal bahasa Inggris, arrange these sentences… kalau tadi tell me, sekarang… Tell me your first impression of each other, and why you love each other?” kata Siwon membaca papannya.

Ririn manggut-manggut.

”Jadi, apa first impressionmu, Baby?”

”Hmm…” Ririn berpikir. ”Dulu sih melihatmu biasa-biasa saja, tapi ya kau memang tampan sih…”

Siwon tersenyum malu. *inget dy kalo lagi malu-malu di variety show kan? Begitulah mukanya sekarang*

”Ihihihi… malu…” tunjuk Ririn.

Siwon memeluknya. ”Iya malu…”

”Aigoo…” Ririn tertawa dan setelah beberapa saat mereka melepaskan pelukan mereka. ”Lalu kalau kau?”

Siwon tersenyum, ”Hampir sama seperti Eeteuk Hyung, kau bijaksana… baik, dan penuh selera humor.”

”Hubby… saranghae…”

”Nado saranghae…”

Keduanya tertawa di tengah hutan *?* dan kemudian Siwon mulai bertanya. ”Lalu kenapa kau bisa cinta padaku?”

”Bukan kenapa… tapi bagaimana…” sahut Ririn, dan mengangkat bahu. ”Jatuh cinta padamu itu tidak bisa disadari, Hubby… nado molla, tapi yang jelas aku sangaaaat cinta padamu!”

”Gomawo…”

”Kalau kau?”

Siwon tersenyum, ”Karena kau seperti puzzle, Baby… itulah yang membuatku menyukai, dan mencintaimu…”

Sayangnya di saat momen-momen seperti itu, dua algojo itu muncul dan memisahkan keduanya lagi. Ririn dibekap dengan cepat, hingga pingsan, karena Siwon berhasil mematahkan serangan algojo yang menahannya. Ketika Siwon panik, ponsel lagi-lagi berdering. ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat, sebelumnya masuk ke dalam gedung tua dan ambillah kotak berwarna pink…

”Oh sengaja ya dipingsankan? Awas saja kalian, ada apa-apa dengan Babyku…” ancam Siwon yang justru lebih kedengaran seperti bersenandung, dia menggendong Ririn dan membawanya ke gedung kecil yang sudah tua tersebut, setelah mengambil kotak, keduanya langsung tiba di terang lampu sorot yang mengalahkan laser Malaysia *abaikan* dan keduanya dinyatakan finish.

 

*Kibum & Ahrin*

Begitu masuk ke dalam hutan, Ahrin sudah melingkarkan tangannya ke perut Kibum, dan keduanya berjalan seperti main kereta-keretaan. Kibum memimpin dengan kalem, sementara Ahrin ketakutan.

Sekitar sepuluh menit keduanya berjalan, tali yang menyukai gadis-gadis cantik itu sudah memerangkap kaki Ahrin, dan Ahrin tidak sadar sama sekali. Dia terus mengikuti Kibum berjalan, dan hanya merasa ada yang janggal pada kakinya.

”Sayang… kakiku kayak ada yang narik, deh…” tapi Ahrin jalan terus, dan terus menunduk di punggung Kibum.

Kibum menoleh. ”Narik?”

”Iya kayak ada yang ganjel gitu…”

Tapi keduanya terus berjalan.

”Sepatumu rusak kali?” Kibum berhenti dan keduanya menatap kaki Ahrin, mendapati seutas tali melingkari kakinya.

Ahrin manggut-manggut, ”Ternyata tadi nginjek tali, ya ampun… pantesan kayak ada yang ganjel…” dilepasnya tali itu tanpa beban pikiran apa-apa. Kibum dan Ahrin terus berjalan lagi, dan ponsel berdering. ”Pecahkan kode yang tertempel di Pohon, setelah berhasil… akan ada sebuah jaket yang turun, barulah kalian boleh bergerak ke pos kedua…

”Jaketnya turun?” tanya Ahrin.

Kibum mengangguk, ”Tapi kita harus bisa pecahkan kode yang di pohon dulu…”

”Pohonnya yang mana?” tanya Ahrin memandang berkeliling.

Mata Kibum menangkap sebuah papan putih di salah satu pohon, dia langsung membacanya, berikut petunjuknya. ”Ah, itu tell me…

”Sayang… aku tahu aku polos, tapi jangan katain aku telmi!” seru Ahrin sedih.

Kibum tersenyum kecil, dan mengacak rambut Ahrin. ”Walaupun kamu memang telmi betulan, aku gak akan ngatain kamu gitu, kok… itu tuh tell me, bahasa Inggris, Sayang…”

”Ah…” Ahrin mengangguk-angguk.

Dan kantung jaket jatuh, keduanya saling high five karena berhasil. Begitu jaketnya dibuka, ternyata itu cocok sekali dengan Kibum. Ponsel berdering, ”Gunakan jaket itu pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…”

Akhirnya Kibum berdiri di sebelah kanan, dengan Ahrin di belakangnya, begitu keduanya jalan, air tumpah itu mengagetkan keduanya, tapi tidak mengenai keduanya juga. Ponsel berdering lagi, dalam keadaan Ahrin-Kibum kering, dan tetap tidak tahu kalau mereka mau dikerjain, dan yang ngerjain nggak berhasil! Lucky them

Lanjutkan tulisan dari pos satu, dan begitu membentuk sebuah kalimat… selesaikan perintah kalimat itu!”

Kibum mencari papan lagi, dan akhirnya berhasil menyusun kalimat. ”Tell me your first impression of each other, and why you love each other?”

Ahrin mengangguk. ”Itu lagu apa?” tebaknya.

”Itu tugas selanjutnya, Sayang… kamu harus kasih tau kesan pertamamu ke aku, trus aku juga ngasih tau kesan pertamaku ke kamu. Trus kenapa kita berdua bisa saling mencintai…”

Wajah Ahrin memerah.

”Lalu apa kesan pertamamu?” tanya Ahrin duluan.

Kibum menjawab, ”Kesan pertamaku… kau adalah shoppaholic, yang suka belanja, suka dandan, suka ribet…” Ahrin sudah menggembungkan mulutnya, tapi Kibum melanjutkan. ”Tapi, ternyata dugaanku salah… kau gadis polos, kok… itulah kenapa aku cinta padamu!”

”Ahahaha…” Ahrin menutup wajahnya. ”Kesan pertamaku padamu… senyummu memikat! Aku sudah tidak bisa berpikir kalau melihat senyummu itu… hmm, kenapa aku cinta padamu? Semua orang bilang aku telmi, lemot, lola… tapi hanya kau yang bilang tidak, dan sabar menghadapiku…”

Kibum memeluk kekasihnya.

Dan kedua algojo kembali melaksanakan tugasnya, Ahrin yang bingung diam saja dibekap dan pingsan, sementara Kibum juga bingung. Barulah setelah mendapat pesan ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat, sebelumnya masuk ke dalam gedung tua dan ambillah kotak berwarna pink…” Kibum sadar kalau mereka sedang dikerjai.

Kibum membawa Ahrin ke gedung kecil tua itu, dan mengambil kotaknya. Setelah itu mereka dinyatakan finish.

 

*Kyuhyun & Nara*

Pasangan terakhir ini masuk ke dalam hutan, jalan berdekatan, dan Nara hanya berani menyentuh ujung jaket Kyuhyun.

”Nariknya jangan kencang-kencang! Nanti melar… pemberian Noona ini…” keluh Kyuhyun.

”Bawel, ah! Udah jalan aja…” desis Nara.

Tak lama keduanya jalan, tali tersebut sudah melingkari kaki Nara, dan Nara berhenti, lalu mengangkat kakinya. ”Ya! Ini siapa yang main-main tali di tengah hutan begini, hah?! Iseng saja… kalau mau mengerjai orang… jangan pakai tali dong, langsung serang… pakai apa kek, gak pada pernah main game nih!” desis Nara dan melepaskan tali tersebut dengan omelannya.

Kyuhyun sudah berjalan terlebih dahulu di depan, sama sekali tidak tahu apa-apa soal Nara dan tali. Begitu Kyuhyun mendapatkan pesan pertama tentang memecahkan kode kata yang diacak, barulah dia menoleh dan mencari-cari Nara, dan Nara muncul tak lama kemudian.

”Darimana? Pipis ya?” tanya Kyuhyun.

”Molla… tim Intimate Note tidak kreatif! Masa mau mengerjai dengan mengikatkan tali ke pergelangan kaki! Itu pelecehan…”

”Pajo, pajo…” Kyuhyun mengangguk setuju. ”Di game itu baru stage 1…”

”Makanya! Mereka lupa kita sudah advance dalam bermain game?! Penghinaan… lalu apa?”

Kyuhyun menunjuk, ”Itu, tell me…

Kantung jaket turun dengan mulus di hadapan mereka. Keduanya memandang kantung tersebut.

”Aish jinjja! Seharusnya pasti kantung tersebut mengenai kepala kita, dan kita akan teriak-teriak…” kata Nara sok tahu.

”Pajo! Pajo!” Kyuhyun menjentikkan jarinya, dan menghampiri kantong tersebut. ”Mereka memang tidak bisa menakuti kita, Kwan Nara Sayang…”

”Keurom…” Nara mengangguk setuju. ”Siapa yang bisa menakuti kita, Cho Kyuhyun yang tampan?”

Jaket tersebut mereka buka, dan keduanya memandang jaket dengan seksama. ”Gunakan jaket itu pada salah satu diantara kalian… kemudian ikuti jalan setapak lagi, dengan yang memakai jaket berdiri di sebelah kanan…”

”Ini pasti jebakan, Cho Kyuhyun yang tampan…”

”Ne, ne… aku tahu! Bagaimana menurutmu, Kwan Nara sayang?”

Nara berpikir, ”Jangan berjalan di sebelah kanan, dan jangan pakai jaketnya, bagaimana?”

”Benar!”

Akhirnya keduanya berjalan di sebelah kiri dengan jaket masih di dalam kantung, dan ember tersebut berhasil mengenai mereka berdua. Keduanya ternganga saling pandang.

”Kau bodoh sekali! Instruksinya kan sudah jelas, pakai jaket di sebelah kanan!” desis Kyuhyun.

”Ya! Kalau aku bodoh, kenapa kau mengikuti saranku?!” balas Nara.

Keduanya mengelap rambut dan wajah mereka yang basah, kemudian Kyuhyun menyerahkan jaketnya. ”Kau yang pakai! Apa kata netizen nanti kalau aku membiarkan pacarku tidak pakai jaket jika kehujanan lokal begini…”

”Cih! Lalu kau mau aku di bash SparKYU karena membiarkanmu kebasahan begini?!”

”Jadi bagaimana?!”

”Tidak usah di pakai, deal?!”

Deal!”

Lanjutkan tulisan dari pos satu, dan begitu membentuk sebuah kalimat… selesaikan perintah kalimat itu!” Kyuhyun membaca pesan tersebut.

Nara langsung memandang pohon dengan tulisan acak tersebut, ”Tell me your first impression of each other, and why you love each other? MWOYAAA???!” protes Nara membacanya.

”Aku sudah menduga akan begini…” keluh Kyuhyun.

”Sudah buruan! Katakan apa kesan pertama dan kenapa…”

Kyuhyun mendesah, ”Haaah…! Kesan pertama, kau galak! Kenapa aku cinta padamu?! Aigooo, kenapa ya? Kurasa karena aku sudah tidak waras, Kwan Nara sayang…”

Nara melemaskan jari-jarinya, ”Terima kasih, Cho Kyuhyun yang tampan atas jawabannya…” desisnya. ”Kesan pertamaku, kau tampan!” tapi nadanya seperti mengeluh. ”Kenapa aku cinta padamu?! Aigoooo, karena kalau orang sudah tahu siapa kau sebetulnya, hanya aku satu-satunya wanita yang tahan dengan kelakuanmu!”

Kyuhyun tertawa terbahak-bahak, membuat Nara mau tak mau tersenyum. ”Pajo! Kali ini kuakui kau benar… sekarang kau tahu kan kenapa aku cinta padamu?! Karena dari seribu ikan di laut… hanya aku yang mau padamu!”

Dua algojo kemudian muncul, tapi keduanya sadar! Akhirnya dengan jurus yang mereka ketahui dari main game Mr & Mrs Smith, justru kedua algojo tersebut yang kabur karena kewalahan, dan Kyuhyun serta Nara sehat walafiat.

”Mau ngerjain kita? Gak mempan…” keduanya kompak berkata.

Ponsel berdering lagi, ”Bawalah kekasihmu hingga ke garis finish dengan selamat, sebelumnya masuk ke dalam gedung tua dan ambillah kotak berwarna pink…” keduanya berjalan ke gedung, dan mengambil kotak tersebut.

Keduanya pun finish.

 

*Esok Paginya*

”Jadi, setelah semalam telah melakukan game untuk mengetes siapa pasangan paling hebat…” kata Kim Gura setelah semua sudah istirahat, dan siap syuting lagi masih di lokasi yang sama. ”Kita akan membuka apa isi kotak yang mereka ambil dari gedung tua di hutan…”

”Isi kotak tersebut, adalah hadiah… bagi mereka semua, karena mereka semua adalah PASANGAN SEJATI!” sambung Moon Heejun.

Semua bertepuk tangan meriah.

”Ah iya, dan hadiahnya… akan menunjukkan identitas mereka masih-masing,” kata Leeteuk.

”Kalau begitu silakan dibuka kotaknya pada hitungan ketiga… satu, dua… tiga!”

Tiap pasangan membuka kotak mereka, dan membaca isi dari secarik kertas yang diselipkan di dalam kotak. Kemudian mereka meledak dalam euforia setelah melihat apa isi hadiah tersebut.

 

  1. HyeonChul = BeautyCare Treatment Gratis 3 Hari
  2. MinSung = Penangkaran Kura-kura 3 Hari
  3. HyukJoo = Hanamasa & The Buffet All You Can Eat Gratis 3 Hari
  4. JinHae = Voucher Hotel 3 Hari, 3 Malam
  5. RinWon = ShipCruise Jeju Island 3 Hari, 3 Malam
  6. RinBum = Voucher Belanja Gratis 3 juta Won
  7. KyuNara = 2 iPad gratis

The End

 

8 thoughts on “Intimate Note Couple ~Part 3~

  1. ahhaaahaa..
    hadiahnya cocok banget tu 🙂
    heehe kaget2,
    -pasangan JinHae itu, g di dorm, g d jalan, g d kamar selaluuu HOT!
    -aahh! iri sm RinWon yg pinteer, 😦
    -KyuNara jg g kalah kocak,,
    -MinSung aahh.. *mupeng

    bkin ngiri mrk smua 😦

  2. ahaha manteb banget deh pas di hutan ini momma :p
    yang paling beda emank jinhae yah. cara donghae ngegendong aja pake bride style gtu trus juga itu masa sempet aja gtu poppoan di tengah hutan gtu yah ==’
    yang paling ngakak kyunara. apaan dua duanya masa basah tapi kyu kaga gendong nara. ah dia malah jalan berdua aja. itu juga yang ahrin kibum yah yang kaga basah sama sekali. ahaha lucu lucu. tapi tetep ko paling suka sama mingi yesung yah. aigooo :p

  3. Gila deh ah!! Hadiahnya yg paling murah JooHyuk dooang hahahaah
    Cocok semuanya sesuai kepribadian masing2..
    Rinwon yg mahal yak sm Kyunara.. Shipcruise sm Ipad aja donk hahaha
    Kocakkk

Leave a reply to momonjaa Cancel reply