Can It Be Love ~Part 4~

Sementara Itu di kamar Heenim, Heenim merenung…

Heenim cemburu akan hubungan ketiga kakaknya. Memang Haerim dan Kyuhyun itu berantem melulu, karena Haerim mau diperhatiin, dan Kyuhyun cuek bebek. Tapi kalo Haerim udah ngambek, Kyuhyun selalu punya cara untuk menaklukan kembali hati Haerim, dan Haerim akan melunak lagi. Heenim juga iri pada pasangan Heejin-Yesung yang selalu bahagia dimana saja bersama kura-kura mereka.

Sementara Donghae terbiasa mendiamkannya, menjawab jika ditanya. Seperti patung hidup. Meski jika diminta menjemput, mengantar, dan jalan-jalan selalu mau, tidak ada pancaran cinta yang keluar dari diri Donghae. Tidak seperti Kyuhyun, Yesung, dan Leeteuk, pikir Heenim sambil terus berbaring di kasurnya dengan pikiran melayang-layang.

_______________________________________

Donghae kembali masuk ke dalam, sudah gelap dimana-mana. Hanya kamar Heejin yang masih menyala, dan dari dalam terdengar suara tawa. Heejin dan Yesung pasti sedang ada balap kura-kura di dalam kamar Heejin. Sementara lampu kamar Haerim juga sudah mati. Donghae beranjak ke kamar tamu, yang memang sudah disediakan untuknya, Yesung, dan Kyuhyun. Kamar tamu itu masih kosong. Si Kyu masih main di bawah, sepertinya.

Tapi pintu kamar Haejin berderit, Haejin keluar, masih memakai baju kantornya, dia mengusap matanya dan berjalan sempoyongan ke balkon. Dia tidak melihat Donghae yang masih berdiri di depan kamar tamu, karena tertutup bayang-bayang kegelapan. Haejin berjalan pelan ke pintu balkon, dan membukanya, lalu dia keluar dan menangis di luar.

Donghae berjalan pelan mengendap di belakangnya, setelah sampai tepat di belakang Haejin yang menangis sendirian, Donghae menutup pintu balkon. Perasaan Donghae tidak bisa dibendung lagi, dia ingin berdua saja sekali dalam hidupnya dengan gadis yang mencuri perhatiannya itu. Begitu pintu ditutup, Haejin menoleh, dan terperanjat menatap Donghae yang berdiri di hadapannya.

”Apa yang kau lakukan disini?!” hardiknya.

”Kenapa kau berteriak padaku, sih?!” balas Donghae.

Haejin berbalik, dan mengusap air matanya. ”Aku mau sendirian! Kau pergilah dari sini!”

”Wae?”

”Aku mau sendiri!”

”Setidaknya beritahu aku dulu alasanmu menangis malam-malam begini di balkon rumah!” Donghae berkeras. ”Teukie Hyung melukaimu?”

Haejin langsung menatapnya. ”Teukie Oppa? Ya ampun, bagaimana aku bisa lupa padanya… dia dimana sekarang?” tanya Haejin panik.

”Sudah pulang!” jawab Donghae dingin. ”Kau digendong olehnya tadi…” kentara nada sinis keluar dari mulutnya.

”Donghae-ah, jebal! Pergilah dari sini…” Haejin mulai menangis lagi.

”Kalau kau belum memberitahuku, aku takkan pergi…”

”Wae? Kenapa itu membuatmu sangat penasaran?!” tanya Haejin dengan tangisan meluap.

Donghae menghela napas dalam-dalam. ”Karena aku tidak suka melihatmu menangisi orang lain!”

”Maksudmu?!” Haejin mendorong Donghae. ”Pergilah! Pergilah! Aku mau sendiri! Aku mau sendiri!” Donghae menahan kedua tinju kecil Haejin yang memukul dadanya, dan memeluknya, menenangkannya.

”Kau kenapa? Kau kenapa? Sssttt, jangan nangis lagi…” kata Donghae sambil mengeratkan pelukannya. Haejin terdiam, hangatnya tubuh Donghae, dan wangi tubuh Donghae adalah hal yang dia idam-idamkan dari dulu, tapi masalahnya, tangisan ini untuknya, pelukannya hangat, tapi air mata Haejin tak bisa berhenti mengalir.

Lama dua-duanya diam. Donghae terus mengeratkan pelukannya, Haejin diam, tidak membalas namun tidak melepaskan, tapi air matanya tidak berhenti mengalir. Akhirnya, Haejin kembali pada titik kesadarannya, mencoba melepaskan pelukan Donghae.

”Aniyo!” Donghae menolak. Haejin memberontak. ”Kumohon jangan dilepaskan dulu… karena cuma saat ini aku bisa memilikimu…”

Haejin melemas.

”Juhahae, saranghae…” katanya lagi, sambil terus membenamkan Haejin dalam pelukannya. Haejin diam, dan air mata makin deras membanjiri wajahnya.

”Maksudmu apa?” tanya Haejin lemah. ”Apa yang kau katakan sekarang? Kenapa kau mengatakannya?”

”Karena aku tidak tahan melihat Teukie Hyung menciummu tadi!” aku Donghae. ”Aku menyukaimu dari awal kita bertemu di rapat kontrak CF. Tapi kau menyukai Kibum, aku mundur…”

”Kapan aku bilang aku menyukai Kibum?!” kata Haejin histeris. ”Kenapa kau tidak bilang dari dulu?! Kenapa kau baru bilang di saat seperti ini?! Kau lupa diantara kita ada siapa? Ada Teukie Oppa, ada Heenim, ada orang tuaku, ada orang tuamu…” kata Haejin menangis tak terkendali.

Donghae makin mengeratkan pelukannya, kemudian mencium bahu Haejin yang masih terisak-isak. Lalu melepaskan Haejin, menatap kedua mata Haejin yang basah, perlahan disekanya lalu, kemudian dia mendekatkan wajahnya pada Haejin dan Haejin otomatis memejamkan matanya. Bibir Donghae akhirnya menyentuh permukaan bibir Haejin, otomatis Haejin membuka bibirnya pelan, dan Donghae memasukkan lidahnya ke dalam mulut Haejin.

Tak ada kesadaran lagi diantara Haejin dan Donghae, perasaan mereka yang terpendam dan terkubur bertahun-tahun ini muncul, dan meledak begitu saja dalam satu kecupan. Hanya dari ciuman itu, Donghae berharap Haejin bisa tahu seberapa besar rasa rindunya. Haejin akhirnya merelakan perasaannya diketahui oleh Donghae. Entah berapa lama keduanya saling berpangutan, tanpa melepas ciuman mereka. Terkadang panas, terkadang melembut untuk menarik napas, kemudian liar lagi.

Haejin merangkul leher Donghae dengan kedua tangannya. Akhirnya keduanya melepaskan diri, setelah berapa lama mereka berciuman. Haejin menunduk, Donghae kemudian menariknya duduk bersandar di tepi teras. Haejin tidak mengatakan apa-apa namun menyandarkan kepalanya di bahu Donghae. Donghae merangkulnya dan keduanya diam seribu bahasa.

”Kenapa kau menangis?” bisik Donghae pelan.

”Aku tidak mencintai Jungsoo Oppa,” jawab Haejin pelan. ”Aku… aku…” air mata menggenangi matanya lagi. ”Aku sedih… melihatmu bersama Heenim, adikku sendiri…”

Donghae mengeratkan pelukannya, sambil mengecup rambut Haejin. ”Tapi hatiku masih untukmu, Haejin-ah. Mianhae, karena kebodohanku, kita tidak bisa bersama lebih cepat.”

BRAK! Pintu balkon terbuka, ”Apa yang kalian lakukan disini?!”

Donghae dan Haejin melepaskan diri satu sama lain, dan berdiri. Ternyata itu Yesung dan Heejin. Keduanya nampak terperangah. Haejin menunduk, sementara Donghae menghela napas.

”Donghae-ah, jelaskan!” kata Yesung tegas.

Donghae tiba-tiba menggandeng tangan Haejin, Haejin terus menunduk. ”Aku mencintainya, Hyung.”

”Omo!”  pekik Yesung.

”Oppa…” kata Heejin lemas, lalu menatap Haejin. ”Onnie…”

Haejin mencoba melepaskan genggaman Donghae, tapi Donghae menahannya. ”Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya, Heejin-ah.”

”Mwo?!” tanya Donghae dengan nada tinggi.

”Donghae-ah…” Haejin memandangnya. ”Ingat posisi kita…”

Yesung geleng-geleng. ”Sudah! Sudah! Ini sudah malam, jangan berisik lagi… nanti malah terdengar… kita bicarakan saja di dalam.”

”Tidak ada yang perlu dibicarakan!” sahut Haejin tegas. Melepaskan genggaman Donghae, lalu berlari ke kamarnya, dan mengunci pintunya. Donghae tau, tak ada yang bisa dilakukannya pada saat ini. Yesung menepuk bahunya, Heejin masih shock tidak tahu harus berbuat apa.

TBC

Gomawo yg masih mau baca sampe sekarang… hehehehe

5 thoughts on “Can It Be Love ~Part 4~

  1. *gigit bantal*
    eta teh naon? *sok-sok an jadi orang sunda*
    haduhhhh tambah pusing tuju keliling aja nih
    jadi haejin serba salah
    soalnya ini adeknya sendiri dan adeknya sayang banget sama hae >.<
    nggak sanggup kalo jadi haejin *nangis gegulingan*
    baca next chap ahh..

  2. ahh mommaaaaaaaaaaaaaaaa~
    aku sesek dh pas baca part ini.. aihh itu heenimnya juga ga sadar dan peka sama lingkungan sekitar dan sikap donghae sama haejin yg aneh.. ihh dasor dahh ==’
    ahh itu nyesek parah itu adegan pas di balkon..
    seneng sih ada kissu kissunya cumanya tetep aja ahh sukaaa ihh adegannya walaupun tetep sesek sihh ==’
    itu juga ngapain yesung sama heejin pake dateng dan mergokin pula.. aishh dasar dua lalat pengganggu mereka itu *plakk XD
    lariiiiiiiiiiiii lagi~ tapi kayaknya besok lagi dh .. ehehe 😀

Leave a comment